Masuknya Rohingya ke Bangladesh
Tindakan keras militer Myanmar memaksa lebih dari tujuh juta orang Rohingya, yang sebagian besar adalah Muslim, melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh pada 2017. Ribuan dari mereka berkemah di kamp pengungsi Kutupalong di Cox's Bazar, yang merupakan kamp pengungsi terbesar di dunia.
Dan karena Cox's Bazar terletak sangat dekat dengan Pulau St. Martin, ada laporan bahwa anggota Tentara Arakan, sebuah kelompok yang dilarang oleh Myanmar, mencoba untuk mengklaim pulau tersebut, meskipun Bangladesh telah membantahnya berulang kali.
Telah terjadi insiden-insiden tembak-menembak secara sporadis antara junta Myanmar dan Tentara Arakan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mendorong Angkatan Laut Bangladesh untuk mengerahkan kapal-kapal perang di sekitar Pulau St. Martin.
Pentingnya Geopolitik St. Martin
Pulau St. Martin telah mendominasi politik Bangladesh sejak negara ini berdiri pada 1971. Kedekatannya dengan Teluk Benggala dan perbatasan maritim dengan Myanmar telah menyebabkan ketertarikan internasional, terutama dari Amerika Serikat dan Cina, untuk menggunakan pulau ini untuk memperkuat kehadiran mereka di wilayah tersebut.
Pada Juni tahun lalu, Sheikh Hasina menuduh bahwa AS berniat untuk mengakuisisi Pulau St. Martin dan membangun sebuah pangkalan militer sebagai imbalan atas kemenangan BNP dalam pemilu. Ia juga mengklaim bahwa BNP, jika terpilih menjadi penguasa, akan menjual pulau tersebut kepada AS.
Dia menegaskan bahwa pemerintahannya akan tetap berkuasa meskipun Pulau St. Martin disewakan, tetapi dia mengatakan bahwa dia tidak akan pernah mengizinkan langkah seperti itu sampai dia menjabat.
"BNP berkuasa pada 2001 dengan berjanji untuk menjual gas. Sekarang mereka ingin menjual negara. Mereka ingin berkuasa dengan berjanji untuk menjual Pulau St. Martin. Saya tidak berniat untuk berkuasa dengan menjual aset-aset negara," kata Sheikh Hasina seperti yang dikutip oleh surat kabar Bangladesh, Prothom Alo.
Tuduhannya ini mendapat bantahan dari juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, yang menyebutnya "tidak akurat" dan mengatakan bahwa "tidak ada diskusi" mengenai pengambilalihan pulau tersebut yang telah didiskusikan dengan pemerintah yang dipimpin oleh Sheikh Hasina.
"Kami tidak pernah terlibat dalam pembicaraan apa pun tentang pengambilalihan Pulau St. Martin. Kami menghargai kemitraan kami dengan Bangladesh. Kami berusaha untuk meningkatkan hubungan kami dengan bekerja sama untuk mempromosikan demokrasi, termasuk dengan mendukung pemilihan umum yang bebas dan adil," katanya.
Klaim Bangladesh bahwa Pulau St. Martin telah diambil alih oleh AS muncul menyusul laporan yang belum dikonfirmasi bahwa AS tidak senang dengan Dhaka yang merapat ke Cina dan ingin mengambil langkah balasan untuk mengurangi pengaruh Beijing di Asia Selatan.
Hal ini juga terjadi pada saat Cina terjebak dalam beberapa perselisihan teritorial dengan beberapa negara Asia Tenggara di Laut Cina Selatan, sebuah lokasi strategis lainnya seperti Teluk Benggala.
INDIA TODAY
Pilihan Editor: Mantan PM Bangladesh, Sheikh Hasina, Menuduh AS di Balik Kejatuhannya