TEMPO.CO, Jakarta - Pulau St. Martin, satu-satunya pulau karang di Bangladesh, menjadi sorotan setelah adanya laporan yang menyatakan bahwa Sheikh Hasina, dalam pidatonya yang tidak tersampaikan, menyebutkan bahwa Amerika Serikat berada di balik penggulingannya dari kekuasaan karena ia tidak menyerahkan pulau tersebut.
Namun, putranya membantah hal ini, dan mengatakan bahwa Hasina tidak membuat pernyataan seperti itu.
Putra mantan PM Bangladesh Sheikh Hasina, Sajeeb Wazed, mengatakan pada Minggu bahwa ibunya tidak membuat pernyataan apa pun sebelum melarikan diri dari Dhaka pada 5 Agustus di tengah-tengah aksi protes. Komentarnya ini menyusul laporan bahwa Hasina tidak diberi kesempatan untuk berpidato di hadapan rakyat oleh tentara dan dalam pidatonya yang sudah dipersiapkan, ia menuduh Amerika Serikat berperan dalam penggulingannya.
"Pernyataan pengunduran diri baru-baru ini yang dikaitkan dengan ibu saya yang diterbitkan di sebuah surat kabar sepenuhnya salah dan dibuat-buat. Saya baru saja mengkonfirmasi dengan beliau bahwa beliau tidak membuat pernyataan apa pun sebelum atau sejak meninggalkan Dhaka," tweet Wazed.
Sebelumnya, laporan-laporan mengklaim bahwa dalam kutipan pidato yang tidak jadi disampaikan tersebut, Hasina menyebutkan bahwa seandainya ia menyerahkan Pulau St. Martin ke AS, pemerintahannya akan selamat.
Pertanyaan utama yang muncul setelah laporan-laporan ini adalah mengapa Hasina mengangkat isu kedaulatan pulau strategis ini di tengah-tengah protes yang ditujukan kepadanya. Lebih jauh lagi, apa arti penting dari Pulau St. Martin, dan apa kepentingan AS di dalamnya?
Di mana letak Pulau St. Martin?
Pulau St Martin, yang terletak di bagian timur laut Teluk Benggala, adalah sebuah pulau karang kecil yang berjarak sekitar sembilan kilometer di sebelah selatan ujung semenanjung paling selatan Bangladesh, Cox's Bazar-Teknaf, dekat Myanmar. Pulau ini merupakan satu-satunya pulau karang di Bangladesh.
Pulau ini memiliki luas permukaan hanya tiga kilometer persegi dan merupakan rumah bagi sekitar 3.700 penduduk yang terutama terlibat dalam penangkapan ikan, penanaman padi, pertanian kelapa, dan panen rumput laut, yang dikeringkan dan diekspor ke Myanmar.
Pulau tersebut mendapat perhatian besar baru-baru ini, dengan adanya tuduhan bahwa Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Khaleda Zia, telah berencana untuk menjualnya kepada AS untuk membangun pangkalan militer sebagai imbalan atas bantuannya dalam memenangkan pemilu.
Namun, klaim-klaim ini ditolak oleh Departemen Luar Negeri AS, yang menekankan komitmennya untuk menghormati kedaulatan Bangladesh dan mempromosikan demokrasi melalui pemilihan umum yang bebas dan adil.