TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok militan Hizbullah mengatakan pada Rabu bahwa mereka menyerang posisi artileri Israel dengan roket dalam serangan pertama sejak ledakan pager yang melukai ribuan anggotanya di Lebanon. Serangan Hizbullah itu meningkatkan prospek perang Timur Tengah yang lebih luas.
Badan mata-mata Israel Mossad, yang memiliki sejarah panjang operasi canggih di tanah asing, menanam bahan peledak di dalam pager yang diimpor oleh Hizbullah beberapa bulan sebelum ledakan hari Selasa, sumber keamanan senior Lebanon dan sumber lain mengatakan kepada Reuters. Jumlah korban tewas meningkat menjadi 12, termasuk dua anak-anak, menurut Menteri Kesehatan Lebanon Firas Abiad mengatakan pada hari Rabu. Serangan hari Selasa melukai hampir 3.000 orang, termasuk banyak pejuang kelompok militan dan utusan Iran untuk Beirut.
Tidak ada kabar kapan Hizbullah meluncurkan serangan roket terbarunya. Hizbullah biasanya mengumumkan serangan semacam itu segera setelah melakukannya, yang menunjukkan bahwa mereka menembaki posisi artileri Israel pada hari Rabu.
Hizbullah telah bersumpah untuk membalas tindakan Israel. Meski sampai hari ini belum ada komentar resmi dari militer Israel terkait ledakan itu. Kedua belah pihak telah terlibat dalam perang lintas batas sejak konflik Gaza meletus Oktober lalu, yang memicu kekhawatiran akan konflik Timur Tengah yang lebih luas yang dapat menyeret Amerika Serikat dan Iran.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menuduh Israel mendorong Timur Tengah ke ambang perang regional. "Hizbullah ingin menghindari perang habis-habisan. Mereka masih ingin menghindarinya. Tetapi mengingat skalanya, dampaknya terhadap keluarga, terhadap warga sipil, akan ada tekanan untuk tanggapan yang lebih kuat," kata Mohanad Hage Ali dari Carnegie Middle East Center.
Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan terus mendukung Hamas di Gaza. Seorang pejabat Hizbullah mengatakan ledakan itu adalah pelanggaran keamanan terbesar terhadap kelompok tersebut dalam sejarah.
Rekaman dari rumah sakit menunjukkan orang-orang dengan berbagai luka, beberapa di wajah, beberapa dengan jari yang hilang dan luka menganga di pinggul tempat pager kemungkinan dikenakan. Beberapa sumber mengatakan bahwa ledakan pager tampaknya telah direncanakan selama berbulan-bulan. Rencana tersebut menyusul serangkaian pembunuhan terhadap komandan dan pemimpin Hizbullah dan Hamas yang dituduhkan kepada Israel sejak dimulainya perang Gaza.
Setelah ledakan pager, walkie talkie yang menjadi sarana berkomunikasi anggota Hizbullah, juga meledak di banyak wilayah di Lebanon. Sebanyak 20 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
REUTERS
Pilihan editor: Arab Saudi Tolak Hubungan dengan Israel Tanpa Palestina Merdeka