TEMPO.CO, Jakarta - Serangan Israel belum selesai. Radio genggam (Walkie-Talkie) yang digunakan oleh Hizbullah meledak pada Rabu, 18 September 2024, di wilayah selatan Lebanon dan di pinggiran selatan Beirut, kata seorang sumber keamanan dan saksi mata. Serangan ini semakin meningkatkan ketegangan dengan Israel, sehari setelah ledakan serupa terjadi di wilayah tersebut.
Tiga orang tewas di wilayah Bekaa, Lebanon, kantor berita pemerintah melaporkan, dan puluhan orang terluka dalam ledakan perangkat terbaru.
Setidaknya salah satu ledakan terjadi di dekat pemakaman yang diselenggarakan oleh Hizbullah yang didukung oleh Iran untuk mereka yang terbunuh pada hari sebelumnya ketika ribuan pager yang digunakan oleh kelompok tersebut meledak di seluruh negeri dan melukai banyak pejuang kelompok tersebut.
Kelompok tersebut, yang sempat dilanda kekacauan akibat ledakan pager, mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah menyerang posisi artileri Israel dengan roket, serangan pertama terhadap musuh bebuyutannya sejak ledakan melukai ribuan anggotanya di Libanon dan meningkatkan prospek perang Timur Tengah yang lebih luas.
Radio genggam tersebut dibeli oleh Hizbullah lima bulan lalu, sekitar waktu yang sama dengan pembelian pager, kata seorang sumber keamanan.
Perangkat-perangkat tersebut, yang tampaknya ICOM V82, secara spontan meledak, dan karena perangkat-perangkat itu mengandung baterai lithium yang sangat mudah terbakar, ledakannya sangat parah.
Ledakan tersebut menyebabkan kebakaran besar pada mobil, sepeda motor, apartemen, dan toko-toko di seluruh Lebanon. Cakupan korban luka-luka belum ditentukan.
Mayoritas korban luka mengalami luka di bagian wajah: Dokter
Dr Salah Zeineldine, kepala petugas medis di American University of Beirut (AUB) Medical Center, mengatakan bahwa sebagian besar korban yang dirawat di rumah sakit setelah ledakan pager kemarin mengalami luka di bagian wajah, mata, dan hidung, serta luka di bagian perut bawah dan tangan, kebanyakan di bagian jari.
"Sayangnya pada tangan, kami memiliki banyak jari yang diamputasi, dan pada mata, kami memiliki banyak cedera yang akan menyebabkan mata tidak berfungsi secara permanen atau gangguan total," kata Zeineldine kepada Al Jazeera.
Dia juga mengatakan bahwa penggunaan pager oleh staf medis adalah hal yang umum. "Kami [di AUB] menggunakannya untuk sejumlah personel yang terbatas, yang memiliki permintaan tinggi, dan personel dengan risiko tinggi yang harus segera diaktifkan," katanya.
Jumlah korban tewas akibat ledakan Selasa meningkat menjadi 12 orang, termasuk dua anak-anak, Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan pada hari Rabu. Serangan hari Selasa melukai hampir 3.000 orang, termasuk banyak pejuang kelompok militan dan utusan Iran untuk Beirut.