TEMPO.CO, Jakarta - Militer Israel membeberkan alasan mereka kini memutuskan untuk melakukan invasi darat terbatas ke Lebanon selatan. Hizbullah diduga akan melakukan serangan besar-besaran dalam operasi "Penaklukan Galilea", bukan karena terbunuhnya pemimpin mereka, Hassan Nasrallah.
"Selama bertahun-tahun, Hizbullah telah merencanakan untuk melakukan di Israel utara seperti yang Hamas lakukan di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober (2023): menyerbu Israel, menyusup ke masyarakat sipil, dan membantai warga sipil yang tidak bersalah," kata Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Laksamana Muda Daniel Hagari, dalam siaran pers pada Selasa malam, 1 Oktober 2024.
Sehari setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu pembumihangusan Jalur Gaza oleh militer Israel, Hizbullah memutuskan untuk bergabung dalam perang ini. Sejak saat itu, Hizbullah telah menembakkan lebih dari 9.500 roket ke rumah-rumah Israel, yang memaksa 60.000 warga Israel mengungsi. "Untuk memastikan bahwa Hizbullah tidak akan pernah melakukan serangan seperti itu dan untuk memungkinkan seluruh 60.000 warga Israel kembali dengan selamat ke rumah mereka di Israel utara, IDF mengambil tindakan," kata Hagari.
Hizbullah, menurut Hagari, berencana untuk melancarkan serangan mereka pada tanggal 7 Oktober 2024 dari desa-desa di seluruh Lebanon selatan tempat mereka telah membangun persenjataan, kemampuan, dan pasukan selama dua dekade terakhir. "Hizbullah juga menggali terowongan di bawah rumah-rumah di desa-desa ini yang dekat dengan perbatasan dengan Israel" katanya.
Daniel Hagari mengungkap tiga operasi yang telah dilakukan IDF di desa Meiss El Jabal, Kfarkela, dan Nurit. Semua di sekitar perbatasan Libanon-Israel. Pasukan Israel menemukan bahwa beberapa rumah di desa-desa itu dijadikan kamuflase oleh Hizbullah untuk membangun infrastruktur militer di bawahnya.
IDF menemukan, misalnya, Hizbullah membangun ruang bawah tanah di sebuah rumah di desa Meiss El Jabal. Desa di Lebanon itu terletak hanya beberapa ratus meter dari Kota Kiryat Shmona di Israel. Sejak awal perang, mayoritas dari 20.000 penduduk Kiryat Shmona mengungsi setelah kotanya diserang oleh Hizbullah.
Militer Israel menemukan sejumlah besar senjata yang disimpan di lantai dasar rumah itu. Di ruang bawah tanah, tentara IDF menemukan platform tinggi, yang dibangun untuk menyembunyikan terowongan yang mengarah ke terowongan bawah tanah. Mereka menemukan terowongan sepanjang 150 meter yang tidak melintasi wilayah Israel. Melalui serangan darat dan udara IDF menghancurkan terowongan dan rumah tersebut.
Daniel Hagari juga menunjukkan peta rencana Hizbullah untuk melakukan invasi besar-besaran ke Israel utara yang disebut operasi "Penaklukan Galilea". "Ada kunci yang menandai komunitas Israel, pos IDF, jalan akses, dan target serangan (di peta itu)," kata dia. "Kami menemukan peta ini di salah satu kompleks yang seharusnya digunakan oleh ribuan teroris Hizbullah pada hari mereka melakukan invasi."
"Perang kami bukan dengan rakyat Lebanon, melainkan dengan Hizbullah," Hagari menegaskan. "Israel memperingatkan Hizbullah bahwa mereka akan menanggung konsekuensi dari serangan-serangannya terhadap Israel."
Israel akan melakukan invasi militer ke Lebanon dalam operasi darat terbatas dengan sasaran yang presisi. Angkatan udara dan unit artileri mereka akan mendukung pasukan darat tersebut.
Pilihan editor: