TEMPO.CO, Jakarta - Israel memulai invasi darat ke Lebanon pada Selasa pagi, 1 Oktober 2024. Tentara Israel mulai melakukan serangan terbatas terhadap target-target Hizbullah di daerah perbatasan.
Dalam sebuah pernyataan, militer Israel atau IDF mengatakan mereka telah memulai serangan darat yang menyasar Hizbullah di desa-desa di Lebanon selatan, yang berbatasan dengan lokasi komunitas Israel di utara. Invasi darat Israel ke Lebanon didukung oleh angkatan udara dan artileri.
Penduduk setempat di kota perbatasan Lebanon, Aita al-Shaab, melaporkan penembakan hebat dan suara helikopter serta pesawat tanpa awak di atas kepala. Suar berulang kali diluncurkan di atas kota perbatasan Lebanon, Rmeish, menerangi langit malam.
Departemen Luar Negeri AS sejak Senin mengatakan bahwa Israel melakukan invasi darat ke Lebanon secara terbatas. Sementara itu, militer AS mengatakan akan mengerahkan beberapa ribu tentara tambahan ke Timur Tengah saat tentara Israel mulai melakukan operasi darat di Lebanon.
Pasukan tambahan tersebut akan bergabung dengan 40.000 pasukan yang sudah ada. Jumlahnya meningkat sekitar 8.000 setelah Pentagon meningkatkan postur pasukan AS awal tahun ini.
Washington telah meminta Israel agar menahan diri tak menyerang Lebanon. Namun perintah itu kembali diabaikan oleh Lebanon.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matt Miller mengatakan Israel memberi tahu AS tentang beberapa operasi mereka. Mengenai rencana invasi atau penyerbuan yang dilaporkan, Miller mengatakan bahwa Israel mengklaim itu adalah operasi terbatas untuk menggempur infrastruktur Hizbullah di dekat perbatasan. "Namun, kami terus berdiskusi dengan mereka tentang hal itu," ujarnya.
"Kami menyadari bahwa tekanan militer dapat memungkinkan diplomasi. Itu benar," kata Miller. "Juga benar bahwa hal itu dapat menyebabkan salah perhitungan dan konsekuensi yang tidak diinginkan," katanya. Ia mengisyaratkan bahwa AS masih percaya bahwa diplomasi adalah cara terbaik untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah.
Saat invasi darat Israel terjadi, Angkatan Bersenjata Lebanon menarik diri dari pangkalan di perbatasan selatan dengan Israel.
Sementara itu Hizbullah makin intensif menyerang Israel. Pada Senin malam, mereka mengklaim berhasil menyerang pasukan Israel yang bergerak maju di perbatasan Lebanon-Israel. Tidak ada rincian lebih lanjut tentang hal ini.
Serangan udara intensif selain menewaskan beberapa komandan Hizbullah, juga menyebabkan sekitar 1.000 warga sipil terbunuh. Selain itu satu juta orang meninggalkan rumah mereka, menurut pemerintah Lebanon.
Seorang sumber keamanan mengatakan serangan udara menghantam pinggiran selatan Beirut pada malam hari. Dalam 24 jam terakhir, sedikitnya 95 orang tewas dan 172 orang terluka dalam serangan Israel di wilayah selatan Lebanon, Lembah Bekaa timur, dan Beirut, kata kementerian kesehatan Lebanon pada Selasa pagi.
Wakil pemimpin Hizbullah Naim Qassem, dalam pidato publik pertamanya pada hari Senin sejak kematian Nasrallah, mengatakan bahwa pasukan perlawanan siap untuk pertempuran darat. Ia mengatakan Hizbullah terus menembakkan roket sedalam 150 km (93 mil) ke wilayah Israel. "Kami tahu pertempuran ini akan berlangsung lama. Kami akan menang seperti saat kami menang dalam pembebasan tahun 2006," katanya. Ia mengacu pada konflik besar terakhir antara kedua musuh bebuyutan tersebut.
REUTERS | AL ARABIYA
Pilihan editor: Bagaimana Intelijen Israel Melacak Lokasi Hassan Nasrallah dan Membunuhnya