TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan Bersenjata Lebanon telah ditarik dari pangkalan di selatan yang berbatasan langsung dengan Israel. Penarikan pasukan dilakukan pada Senin, sehari menjelang invasi darat Israel ke Lebanon.
Militer Israel mengumumkan zona militer di beberapa bagian perbatasan utaranya dengan Lebanon pada hari Senin. Selasa pagi, tantara Israel sudah merangsek masuk ke perbatasan Lebanon.
"Wilayah Metula, Misgav Am, dan Kfar Giladi di Israel utara telah dinyatakan sebagai zona militer tertutup. Masuk ke wilayah ini dilarang," kata militer dalam sebuah pernyataan.
AS telah mengamati perubahan dalam postur militer Israel di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, kata sejumlah pejabat. Pada hari Senin, pejabat AS mengatakan Israel tampaknya siap untuk melancarkan invasi tetapi tidak mengetahui kapan invasi akan dilaksanakan.
Pada Selasa pagi, militer Israel atau IDF mengumumkan telah memulai serangan darat yang menyasar Hizbullah di desa-desa di Lebanon selatan, yang berbatasan dengan lokasi komunitas Israel di utara. Serangan didukung oleh angkatan udara dan artileri Israel. IDF mengatakan bahwa serangan dilakukan dengan terstruktur dan hanya menyasar Hizbullah.
Serangan udara intensif selain menewaskan beberapa komandan Hizbullah, juga menyebabkan sekitar 1.000 warga sipil terbunuh. Selain itu satu juta orang meninggalkan rumah mereka, menurut pemerintah Lebanon.
Seorang sumber keamanan mengatakan serangan udara menghantam pinggiran selatan Beirut pada malam hari. Dalam 24 jam terakhir, sedikitnya 95 orang tewas dan 172 orang terluka dalam serangan Israel di wilayah selatan Lebanon, Lembah Bekaa timur, dan Beirut, kata kementerian kesehatan Lebanon pada Selasa pagi.
Wakil pemimpin Hizbullah Naim Qassem, dalam pidato publik pertamanya pada hari Senin sejak kematian Nasrallah, mengatakan bahwa pasukan perlawanan siap untuk pertempuran darat. Ia mengatakan Hizbullah terus menembakkan roket sedalam 150 km (93 mil) ke wilayah Israel. "Kami tahu pertempuran ini akan berlangsung lama. Kami akan menang seperti saat kami menang dalam pembebasan tahun 2006," katanya. Ia mengacu pada konflik besar terakhir antara kedua musuh bebuyutan tersebut.
REUTERS | AL ARABIYA