TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan udara besar yang dilancarkan oleh militer Israel di Beirut, Lebanon, pada Jumat, 27 September 2024.
Media Israel melaporkan sekitar 85 bom jenis "penghancur bunker" diberondongkan dalam serangan tersebut. Sedikitnya lima 15 bom penghancur bunker BLU-109 seberat 2.000 pon diluncurkan dalam membidik markas Hizbullah di pinggiran Beirut dan menewaskan Hassan Nasrallah.
Gedung yang hancur akibat serangan udara Israel yang menewaskan pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, 29 September 2024. REUTERS/Ali Alloush
Dalam sebuah video yang dirilis oleh tentara Israel menunjukkan pesawat tempur lepas landas untuk menyerang Lebanon pada hari pembunuhan Sayyed Hassan Nasrallah. Selain itu, militer Israel juga membagikan foto yang menunjukkan pesawat F-15l membawa bom tersebut, dan dilengkapi dengan perangkat Joint Direct Attack Munition.
Apa itu bom penghancur bunker?
Dikutip Al Jazeera, bom penghancur bunker atau bunker buster adalah amunisi khusus yang dirancang untuk menembus jauh ke dalam tanah atau melalui benteng berat sebelum meledak. Bom ini memungkinkan untuk mencapai dan menghancurkan fasilitas yang tidak mungkin diserang dengan cara lain. Bom jenis ini juga mampu menghancurkan target yang terkubur dan mengeras.
Bom bunker atau juga dikenal sebagai amunisi penetrasi tanah terbagi menjadi dua kategori. Jenis pertama memiliki moncong yang diperkuat sehingga tahan terhadap benturan. Bobotnya memberikan momentum untuk membenamkan dirinya dalam-dalam ke sasaran, dan sumbu yang tertunda memungkinkannya menembus tanah atau bangunan sebelum meledak.
Jenis kedua membawa dua muatan, atau bom, di atasnya. Muatan pertama berukuran kecil dan digunakan untuk melubangi targetnya, sehingga sisa bom atau rudal dapat melewatinya secara utuh. Muatan utama kemudian meledak di dalamnya, menghancurkan semua yang ada di dalamnya. Penghancur bunker pertama kali digunakan dalam Perang Dunia II untuk menghancurkan pabrik roket bawah tanah Jerman.
Dikutip dari Britannica, bom penghancur bunker berbentuk peluru tajam, dengan badan yang panjang dan sempit. Penghancur bunker diisi dengan bahan peledak dan dilengkapi dengan sumbu yang menunda ledakannya hingga setelah bom menembus targetnya. Karena dijatuhkan dari ketinggian yang tinggi, penghancur bunker dipandu dengan laser ke targetnya. Penghancur bunker digunakan oleh Amerika Serikat secara luas selama Perang Afghanistan (2001-2014) dan Perang Irak (2003-2011).
Lebih lanjut, Israel meminta bom penghancur bunker kepada AS untuk perangnya di Gaza. Israel juga meminta bom bunker model GBU-72 yang lebih baru dari AS pada 2021. BU-72 merupakan penghancur bunker paling canggih dan mampu menembus 30 meter (100 kaki) tanah atau 6 meter (20 kaki) beton dan meluluhlantakkan apa pun di dekatnya. Bom ini juga menyebabkan gelombang kejut yang memicu runtuhnya struktur bawah tanah yang lebih jauh dari target.
Amunisi penetrasi tanah itu tidak hanya efektif terhadap kompleks terowongan dan pabrik bawah tanah, tetapi juga menghancurkan gedung-gedung tinggi dan menara. Bom dapat masuk ke bagian atas gedung dan menembus hingga ke pondasinya, sehingga meledakkan seluruh gedung.
Menurut Konvensi Jenewa, amunisi tugas berat hanya dapat digunakan dalam “kondisi pembelaan diri yang sangat mendesak”. Kemudian dilarang digunakan di wilayah dengan populasi warga sipil yang tinggi.
KHUMAR MAHENDRA | RIZKI DEWI AYU | ALJAZEERA | BRITANNICA
Pilihan editor: Balas Kematian Hassan Nasrallah, Iran Ancam akan Ada Serangan yang Lebih Menghancurkan ke Israel