TEMPO.CO, Jakarta - Julian Assange, pendiri kelompok media pembocor rahasia WikiLeaks, mengatakan kepada para anggota parlemen Eropa, Selasa, 1 Oktober, bahwa pengakuan bersalahnya atas tuduhan spionase Amerika Serikat diperlukan karena upaya hukum dan politik tidak cukup melindungi kebebasannya.
"Saya akhirnya memilih kebebasan daripada keadilan yang tidak dapat diwujudkan," kata Assange, dalam komentar publik pertamanya sejak dibebaskan dari penjara, di hadapan komite di Dewan Eropa, badan internasional yang terkenal dengan konvensi hak asasi manusianya.
Assange, 53 tahun, kembali ke negara asalnya, Australia, pada Juni setelah kesepakatan pembebasannya tercapai, di mana ia mengaku bersalah karena melanggar undang-undang spionase AS, yang mengakhiri pengembaraan hukum di Inggris selama 14 tahun.
"Saya bebas hari ini setelah bertahun-tahun dipenjara karena saya mengaku bersalah dalam bidang jurnalisme, mengaku bersalah mencari informasi dari sumber, mengaku bersalah mendapatkan informasi dari sumber dan mengaku bersalah memberitahukan kepada publik tentang informasi tersebut," katanya.
WikiLeaks pada 2010 merilis ratusan ribu dokumen rahasia militer AS tentang perang Washington di Afghanistan dan Irak - pelanggaran keamanan terbesar dalam sejarah militer AS - bersama dengan sejumlah besar kabel diplomatik.
Assange didakwa beberapa tahun kemudian di bawah Undang-Undang Spionase.
Sebuah laporan dari Majelis Parlemen Dewan Eropa menyimpulkan bahwa Assange adalah seorang tahanan politik dan menyerukan agar Inggris mengadakan penyelidikan apakah ia telah mengalami perlakuan tidak manusiawi.
Mengenakan setelan jas hitam dengan dasi merah anggur dan sedikit janggut putih, Assange duduk di antara istrinya, Stella, dan editor WikiLeaks, Kristinn Hrafnsson, membacakan pernyataan awalnya dari selembar kertas.
"Saya belum sepenuhnya siap untuk berbicara tentang apa yang telah saya alami," katanya, menambahkan: "Isolasi telah memakan korban yang saya coba lepaskan."
Berbicara dengan tenang, Assange menekankan, "Jurnalisme bukanlah sebuah kejahatan; jurnalisme adalah pilar dari sebuah masyarakat yang bebas dan terinformasi."
Dia menekankan, "Masalah mendasarnya sederhana. Jurnalis seharusnya tidak dituntut karena melakukan pekerjaan mereka."