Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perjalanan Hidup Ruth Pfau yang Dijuluki Bunda Teresa dari Pakistan

image-gnews
Ruth Pfau. Wikipedia
Ruth Pfau. Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ruth Katherina Martha Pfau, lahir pada 9 September 1929 di Leipzig, Jerman, adalah seorang dokter dan biarawati Katolik yang didedikasikan untuk pelayanan kemanusiaan, khususnya dalam memerangi penyakit kusta di Pakistan

Selama lebih dari 50 tahun, ia mengabdikan hidupnya untuk membantu ribuan penderita kusta, membuatnya dijuluki sebagai "Bunda Teresa-nya Pakistan."

Dilansir dari berbagai sumber, Ruth Pfau lahir dalam keluarga Protestan Lutheran di Leipzig, Jerman, dengan lima saudara kandung. Kehidupan awalnya diwarnai oleh kekacauan Perang Dunia II, yang menghancurkan rumah keluarganya akibat serangan bom. 

Setelah perang, Jerman terpecah menjadi Jerman Timur dan Jerman Barat, dan Leipzig berada di bawah pendudukan Soviet. Kondisi politik yang sulit memaksa keluarganya melarikan diri ke Jerman Barat. Kemudian, ia memilih untuk mengejar pendidikan di bidang kedokteran.

Pada 1950-an, Ruth belajar di Universitas Mainz dan mulai menemukan panggilannya dalam bidang kemanusiaan. Selama masa kuliahnya, ia bertemu dengan seorang wanita Kristen Belanda yang pernah menjadi tahanan di kamp konsentrasi Nazi. 

Pertemuan ini sangat mempengaruhi Ruth dan mendorongnya untuk mendedikasikan hidupnya pada pelayanan kasih dan pengampunan. Inspirasi inilah yang membuatnya mengubah haluan hidupnya secara drastis.

Pada 1951, Ruth dibaptis sebagai Protestan Injili. Namun, dua tahun kemudian, ia memutuskan untuk pindah keyakinan dan menjadi seorang Katolik. Ia bergabung dengan sebuah paroki Katolik di Jerman dan sangat terinspirasi oleh karya-karya spiritual, khususnya buku Der Herr karya teolog terkenal Romano Guardini. 

Pada 1957, Ruth meninggalkan Jerman dan bergabung dengan tarekat Putri-Putri Hati Maria, sebuah komunitas biarawati Katolik yang berbasis di Paris. Di sini, ia menerima panggilan untuk bekerja di India.

Pada 1960, Ruth ditugaskan untuk pergi ke India, tetapi perjalanan hidup membawanya ke tempat yang berbeda. Karena masalah visa, ia terjebak di Karachi, Pakistan. Di sinilah Ruth mengalami momen yang mengubah hidupnya. 

Ketika ia secara tidak sengaja mengunjungi Koloni Penderita Kusta di belakang Jalan McLeod di Karachi, ia melihat penderitaan para pasien kusta yang hidup dalam kondisi sangat memprihatinkan. Pemandangan ini membuatnya sadar bahwa inilah panggilan hidupnya yang sesungguhnya.

Ruth akhirnya memutuskan untuk menetap di Pakistan dan mulai memberikan perawatan medis kepada pasien kusta di sebuah gubuk di daerah kumuh tersebut. Inisiatif kecil ini kemudian berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih besar. 

Ia mendirikan Pusat Kusta Marie Adelaide, yang menjadi pusat perawatan dan rehabilitasi bagi ribuan penderita kusta di seluruh Pakistan. Pusat ini kemudian berkembang menjadi jaringan 157 klinik kusta di berbagai wilayah Pakistan, termasuk di daerah-daerah yang terpencil dan sulit dijangkau.

Dedikasi Ruth Pfau dalam memerangi kusta tidak hanya terbatas pada perawatan medis. Ia juga berjuang untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap penderita kusta yang seringkali dikucilkan dan diasingkan oleh keluarga dan komunitas mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ruth bekerja tanpa lelah untuk memberikan pendidikan, pelayanan sosial, dan dukungan moral bagi para pasien dan keluarga mereka. Melalui upayanya, ia berhasil mengurangi stigma sosial terhadap penyakit ini dan membawa harapan bagi mereka yang menderita.

Pengabdian Ruth selama puluhan tahun di Pakistan tidak luput dari perhatian dunia. Pada 1979, ia diangkat sebagai Penasihat Federal untuk Kusta dalam Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Pemerintah Pakistan. Dalam perannya ini, Ruth sering melakukan perjalanan ke berbagai pelosok negeri untuk memastikan bahwa semua penderita kusta mendapatkan perawatan yang layak. 

Ia bekerja sama dengan berbagai rumah sakit dan lembaga kesehatan untuk memperluas jangkauan program perawatan kusta di seluruh Pakistan. Berkat upayanya yang gigih, pada 1996 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Pakistan telah berhasil mengendalikan penyakit kusta, menjadikannya salah satu negara pertama di Asia yang mencapai prestasi ini. 

Jumlah kasus kusta di Pakistan menurun drastis, dari hampir 20.000 kasus pada awal 1980-an menjadi hanya 531 kasus pada 2016. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran sentral Ruth yang telah mencurahkan hidupnya untuk memerangi penyakit ini.

Ruth juga menerima berbagai penghargaan atas dedikasinya, baik dari Pakistan maupun dari komunitas internasional. Pada 1988, ia dianugerahi kewarganegaraan Pakistan sebagai penghargaan atas kontribusinya yang luar biasa. 

Selain itu, ia juga menerima penghargaan Hilal-i-Pakistan pada 1989, Nishan-i-Quaid-i-Azam pada 2010, dan Ramon Magsaysay Award pada 2002. Ruth juga mendapatkan Tanda Jasa Staufer, penghargaan tertinggi dari negara bagian Baden-Württemberg, Jerman, pada 2015.

Ruth tetap aktif dalam pekerjaannya hingga usia lanjut, meskipun kesehatannya mulai menurun. Pada Agustus 2017, ia dirawat di Rumah Sakit Aga Khan di Karachi karena masalah pernapasan. Meskipun kondisinya semakin memburuk, Ruth menolak untuk menggunakan mesin pendukung kehidupan, memilih untuk menjalani akhir hidupnya secara alami. Pada tanggal 10 Agustus 2017, Ruth meninggal dalam usia 87 tahun.

Kematian Ruth Pfau membawa duka mendalam bagi seluruh bangsa Pakistan. Presiden Mamnoon Hussain dan Perdana Menteri Shahid Khaqan Abbasi memberikan penghormatan yang tinggi atas jasa-jasanya. 

Perdana Menteri Abbasi menyatakan bahwa Ruth Pfau mungkin lahir di Jerman, tetapi hatinya selalu berada di Pakistan. Ia juga mengumumkan bahwa Ruth akan diberikan upacara pemakaman kenegaraan, sebuah kehormatan yang sangat jarang diberikan kepada seorang non-Muslim di Pakistan.

Pada 19 Agustus 2017, jenazah Ruth Pfau dimakamkan dengan upacara pemakaman kenegaraan di Saint Patrick's Cathedral, Karachi. Peti jenazahnya dibalut dengan bendera Pakistan, dan penghormatan 19 meriam diberikan oleh Angkatan Bersenjata Pakistan. Upacara ini disiarkan langsung di seluruh negeri menunjukkan betapa besar pengaruh dan rasa hormat yang dimiliki Ruth Pfau di Pakistan.

Pilihan Editor: Perjalanan Hidup Bunda Teresa, Ibu bagi Orang-orang Melarat

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Paus Fransiskus Gelar Misa di Singapura, 50.000 Umat Katolik Padati Stadion Nasional

8 jam lalu

Paus Fransiskus tiba di Singapura, 11 September 2024. Singapura merupakan negara terakhir dalam perjalanan apostolik Paus di ASEAN. Cindy Wooden/Vatican Press Pool
Paus Fransiskus Gelar Misa di Singapura, 50.000 Umat Katolik Padati Stadion Nasional

Sekitar 50.000 umat Katolik berkumpul di Stadion Nasional Singapura pada Kamis 12 September 2024 untuk menghadiri misa Paus Fransiskus


Paus Fransiskus Tiba di Singapura, Disambut Teriakan Viva Papa Francesco

1 hari lalu

Paus Fransiskus tiba di Singapura, 11 September 2024. Singapura merupakan negara terakhir dalam perjalanan apostolik Paus di ASEAN. Cindy Wooden/Vatican Press Pool
Paus Fransiskus Tiba di Singapura, Disambut Teriakan Viva Papa Francesco

Paus Fransiskus akan memimpin misa yang diikuti 50.000 orang di Singapura.


Imigrasi Soekarno-Hatta Deportasi 4 WNA ke Pakistan, Nigeria dan Guinea

1 hari lalu

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Soekarno-Hatta mendeportasi 4 WNA ke negaranya pada 4 dan 7 September 2024. FOTO: dokumen Imigrasi Soekarno-Hatta
Imigrasi Soekarno-Hatta Deportasi 4 WNA ke Pakistan, Nigeria dan Guinea

WNA lain yang terjaring operasi Jagratara dan patroli keimigrasian masih dalam pemeriksaan oleh tim penyidik Kantor Imigrasi Soekarno-Hatta.


Kunjungan Paus Fransiskus Habiskan Rp 185 M, Timor Leste Panen Kritik

1 hari lalu

Paus Fransiskus tiba di Timor Leste pada Senin, 9 September 2024. Foto: Tempo/francisca christy rosana.
Kunjungan Paus Fransiskus Habiskan Rp 185 M, Timor Leste Panen Kritik

Kunjungan Paus Fransiskus di Timor Leste yang menghabiskan Rp 185 menuai kritik karena negara itu tengah bergulat dengan kemiskinan.


Paus Fransiskus Buka Suara Soal Pelecehan Anak di Timor Leste

2 hari lalu

Paus Fransiskus tiba di Timor Leste pada Senin, 9 September 2024. Foto: Tempo/francisca christy rosana.
Paus Fransiskus Buka Suara Soal Pelecehan Anak di Timor Leste

Dalam pidatonya Senin, Paus Fransiskus menyoroti soal pelecehan terhadap anak-anak di Timor Leste.


Paus Fransiskus Diminta Bahas Pelecehan Seksual Uskup Belo di Timor Leste

3 hari lalu

Paus Fransiskus tiba di Timor Leste pada Senin, 9 September 2024. Foto: Tempo/francisca christy rosana.
Paus Fransiskus Diminta Bahas Pelecehan Seksual Uskup Belo di Timor Leste

Paus Fransiskus tiba di Timor Leste hari ini. Ia diminta tak diam menanggapi kasus pelecehan anak oleh Uskup Belo.


Paus Fransiskus Pakai Mobil Toyota Sienta di Timor Leste

3 hari lalu

Paus Fransiskus tiba di Istana Presiden Timor Leste disambut Presiden Jose Ramos Horta, Senin, 9 September 2024. Foto: Tempo/Francisca Christy Rosana.
Paus Fransiskus Pakai Mobil Toyota Sienta di Timor Leste

Paus Fransiskus berkunjung ke Timor Leste.


Paus Fransiskus Tiba di Timor Leste, 750 Ribu Orang Akan Hadiri Misa

3 hari lalu

Paus Fransiskus tiba di Istana Presiden Timor Leste disambut Presiden Jose Ramos Horta, Senin, 9 September 2024. Foto: Tempo/Francisca Christy Rosana.
Paus Fransiskus Tiba di Timor Leste, 750 Ribu Orang Akan Hadiri Misa

Paus Fransiskus mengunjungi Timor Leste setelah dari Papua Nugini. Ia diminta bicara soal kasus pelecehan seksual oleh Uskup Belo.


Paus Fransiskus Tiba di Timor Leste, Disambut Jose Ramos hingga Xanana Gusmao

3 hari lalu

Paus Fransiskus tiba di Timor Leste pada Senin, 9 September 2024. Foto: Tempo/francisca christy rosana.
Paus Fransiskus Tiba di Timor Leste, Disambut Jose Ramos hingga Xanana Gusmao

Paus Fransiskus tiba di Timor Leste pada Senin, 9 September 2024.


Kepala Adat Papua Nugini Minta Paus Fransiskus Bicara ke Perdana Menteri soal Deforestasi

3 hari lalu

Seorang pemimpin suku di Provinsi Hela Papua Nugini, Mundiya Kepanga, bercerita bahwa dia telah bertemu Paus Fransiskus pada Juni 2024 di Istana Apostolik, Vatikan, bersama komunitas adatnya. Mundiya mengatakan dia ingin Paus datang ke Papua Nugini dan berbicara kepada kepala negara tentang nasib masyarakat adat di dataran tinggi yang tergusur karena deforestasi besar-besaran. TEMPO/Francisca Christy
Kepala Adat Papua Nugini Minta Paus Fransiskus Bicara ke Perdana Menteri soal Deforestasi

Mundiya meminta Paus Fransiskus berbicara kepada Perdana Menteri Papua Nugini soal maraknya deforestasi.