TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus telah tiba di Timor Leste pada Senin, 9 September 2024. Selama kunjungan tersebut, ia diminta untuk membahas pelecehan seksual anak di gereja Katolik di sana.
Permintaan itu diajukan oleh organisasi nirlaba berpengaruh BishopAccountability.org. Lembaga itu meminta salah satu keuskupan agung paling penting di Amerika Serikat, Kardinal Sean O'Malley, untuk membujuk Paus Fransiskus agar berbicara menentang pelecehan seksual selama perjalanannya.
Dua tokoh Katolik terkemuka di Timor Leste telah menjadi pusat tuduhan pelecehan seksual, termasuk Uskup Carlos Ximenes Belo. Sebelumnya Uskup Belo adalah kepala Gereja Katolik negara tersebut. Ia dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian pada 1996 dan sangat dipuji di Timor Leste karena berperan penting dalam upaya negara tersebut memperoleh kemerdekaan dari Indonesia pada 2002.
Namun Uskup Belo tiba-tiba mengundurkan diri pada tahun yang sama. Ia lalu dikirim ke Mozambik untuk bekerja sebagai misionaris sebelum pindah ke Portugal.
Uskup Belo diam-diam dikenai sanksi oleh Vatikan untuk tidak melakukan kontak dengan anak-anak atau Timor Leste menyusul tuduhan bahwa ia melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-laki di bawah umur selama 20 tahun. Kasus Uskup Belo itu akhirnya dipublikasikan dan diakui oleh Vatikan pada 2022.
BishopAccountability.org mencatat bahwa Uskup Belo masih menikmati popularitas di Timor Leste. Pejabat negara seperti Presiden José Ramos-Horta secara terbuka memujinya dan menyambut Uskup Belo kembali ke negara tersebut.
Gereja di Timor Leste sebagian besar meremehkan atau meragukan tuduhan terhadap Uskup Belo dan seorang misionaris Amerika yang mengaku telah menganiaya gadis-gadis muda. Banyak yang justru berfokus pada peran Uskup Belo dalam menyelamatkan nyawa selama perjuangan berdarah negara itu melawan Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Timor Leste akan menjadi kunjungan pertamanya ke negara itu. Namun, Vatikan belum berkomentar apakah ia akan menemui korban pelecehan atau menyinggungnya secara langsung seperti yang telah dilakukannya sebelumnya.
Sekitar 98 persen dari 1,3 juta penduduk Timor-Leste beragama Katolik, menjadikannya negara dengan penduduk beragama Katolik terbanyak di dunia di luar Vatikan.
Anne Barrett Doyle dari Bishop Accountability menjelaskan bahwa masyarakat di Timor Leste memberikan banyak kekuasaan kepada orang dewasa dan figur otoritas. Ini membantu menjelaskan mengapa para uskup masih dihormati sementara di tempat lain di dunia, kasus-kasus seperti itu disambut dengan kemarahan. “Para uskup memiliki kekuasaan, dan di negara-negara berkembang yang didominasi gereja, kekuasaan mereka sangatlah luar biasa,” kata Doyle.
FRANCE 24
Pilihan editor: Erdogan Serukan Negara-negara Islam Bersatu Lawan Israel