TEMPO.CO, Jakarta - Debat perdana antara Donald Trump dan rivalnya Kamala Harris dalam bursa pemilihan presiden Amerika Serikat, telah rampung digelar. Di antara kedua kandidat tersebut, siapakah yang lebih unggul?
Pada jam-jam setelah debat pertama antara Kamala Harris dan Donald Trump, komentator politik dan jajak pendapat tidak resmi tampaknya sebagian besar menobatkan Harris sebagai pemenang malam itu. Sebuah jajak pendapat CNN mengungkapkan bahwa para pengamat debat menyatakan Kamala Harris sebagai pemenang dengan selisih suara 63-37. Sebuah jajak pendapat YouGov menyatakan Harris menang dengan selisih suara 43-28 di antara para pemilih terdaftar. Bahkan para pakar di Fox News, jaringan TV konservatif, setuju bahwa ia mengalahkan Trump.
Kamala Harris mengguncang Trump, memancingnya dan membalas serta memeriksa fakta beberapa klaim Trump yang paling berlebihan. Harris lebih percaya diri dan meninggalkan panggung debat dengan gembira. Sebaliknya Donald Trump kelihatan marah.
Jajak pendapat resmi pascadebat dari pemilih yang belum menentukan pilihan belum dirilis dan akan memakan waktu beberapa hari. Namun apakah Harris benar-benar menang, atau Trump hanya gagal total dan menjadikannya pemenang?
Sejumlah pakar mengatakan Kamala Harris sukses memancing Donald Trump, namun ia tak menjabarkan rencana kebijakannya bila terpilih sebagai presiden.
Tammy R Vigil, seorang profesor media di Universitas Boston yang berfokus pada komunikasi politik mengatakan bahwa Harris mengeksploitasi kelemahan Trump untuk keuntungannya, namun dia gagal merinci tentang rencana kebijakannya.
"Harris memenangkan debat karena dia tahu persis tombol mana yang harus ditekan untuk membantu Trump mengekspresikan dirinya dengan cara yang paling menunjukkan karakternya," kata Vigil. "Kontennya sangat jarang berdasarkan fakta dan sering kali sangat bergantung pada dorongan respons emosional daripada respons rasional dari pemirsa. Dia melakukan hal yang sama tadi malam."
"Harris telah mengadopsi karakter jaksa penuntut selama kampanye ini," kata David A Frank, seorang profesor retorika di Universitas Oregon. "Strateginya dalam debat ini adalah untuk mengadili Trump," tambahnya.
Beberapa pakar membandingkan sikap Trump pada Selasa malam dengan debat presiden sebelumnya tahun ini. Dalam debat dengan Joe Biden, Trump lebih tenang dan berfokus pada pesan yang ingin disampaikan.
"Dalam debat Harris-Trump, sebaliknya, ejekan, sindiran, dan hinaan kecil Harris yang terus-menerus tampaknya berperan besar dalam menyebabkan Trump tampil buruk, dengan cercaan yang semakin marah dan tidak koheren," ujarnya. "Jadi dalam hal itu, Harris memang secara aktif menyebabkan Trump kalah, meskipun lebih karena secara aktif menyebabkan Trump bertindak buruk daripada secara aktif menampilkan dirinya dalam citra terbaik."
Donald Trump mengungkap sejumlah pernyataan yang keliru. Ia antara lain menuduh Kamala Harris membeli Yahudi dan Israel, serta pengungsi Haiti yang memakan binatang peliharaan.
AL JAZEERA
Pilihan editor: Ratusan Anak-anak di Panti Sosial Malaysia Diduga Alami Kekerasan dan Pelecehan Seksual