TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus bersuara keras menentang pelecehan seksual terhadap anak-anak di Timor Leste. Ia menyerukan tindakan terhadap pelecehan terhadap kaum muda setelah tiba di Timor-Leste. Dalam beberapa tahun terakhir, Timor Leste yang merupakan negara mayoritas Katolik, telah dikejutkan oleh beberapa kasus kekerasan seksual anak yang melibatkan pendeta.
"Janganlah kita lupakan banyak anak-anak dan remaja yang martabatnya telah dilanggar. Fenomena ini terlihat di seluruh dunia," katanya dalam pidato di ibu kota Dili, Senin, 9 September 2024. "Kita semua dipanggil untuk melakukan segala yang mungkin untuk mencegah segala bentuk pelecehan dan menjamin masa kanak-kanak yang sehat dan damai bagi semua kaum muda."
Ia tidak menyebutkan kasus spesifik atau mengakui tanggung jawab Vatikan apa pun.
Kelompok advokasi telah meminta Fransiskus untuk berbicara tentang masalah tersebut di negara termuda di Asia itu. Ia sebelumnya telah bertemu dengan para korban dalam perjalanan ke Irlandia dan Portugal, namun jadwal resmi kali ini tidak ada acara semacam itu.
Kasus terkini di Timor-Leste adalah yang dilakan uskup pemenang Nobel Carlos Ximenes Belo. Ia diam-diam dihukum oleh Vatikan atas tuduhan melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak kecil selama puluhan tahun.
Vatikan mengumumkan pada 2022 tentang pembatasan yang dikenakan pada Belo setelah terungkap bahwa pergerakan dan interaksinya dibatasi menyusul klaim bahwa ia melecehkan anak laki-laki di Timor-Leste. Pelecehan terjadi hingga ia pensiun dan pindah ke luar negeri dua dekade sebelumnya.
Dalam kasus lain di negara tersebut, mantan pendeta Amerika Richard Daschbach dinyatakan bersalah pada 2021 karena melakukan kekerasan terhadap gadis-gadis yatim piatu dan kurang beruntung. Daschbach telah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara.
Sebelum pidatonya pada hari Senin, Paus Fransiskus disambut bak bintang rock di Dili. Puluhan ribu umat berbaris di sepanjang jalan, berteriak dan melambaikan bendera saat ia melaju dengan mobil terbuka yang diapit oleh petugas keamanan.
Umat Katolik yang jumlahnya sekitar 98 persen dari 1,3 juta penduduk negara ini telah berbondong-bondong menemui Paus Fransiskus. Mereka berasal dari kota-kota yang jauh, melintasi perbatasan dengan Indonesia dan dari tempat yang lebih jauh.
"Saat melihat wajahnya, saya merinding. Saya sangat yakin kehadirannya membawa kedamaian dan harapan," kata Magdalena Tagnipis, seorang warga Filipina berusia 49 tahun yang melakukan perjalanan dari Australia.
Komentar Paus Fransiskus mengenai kejahatan pelecehan seksual itu muncul setelah kedatangannya disambut oleh orang yang berbagi Nobel dengan Belo, Presiden Jose Ramos-Horta. Horta adalah tokoh kemerdekaan Timor Leste.
CHANNEL NEWS ASIA
Pilihan editor: Mengakhiri Perang Gaza Jadi Prioritas HAM PBB