TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus meminta para pemimpin politik di Singapura, memberikan upah yang layak kepada pekerja migran yang bergaji rendah di negara kaya tersebut. Saat ini jumlah pekerja asing di Singapura diperkirakan mencapai satu juta orang, termasuk dari Indonesia.
Dalam pidato utama terakhir dari lawatannya selama 12 hari di seluruh Asia Tenggara dan Oseania, Paus Fransiskus secara khusus menyoroti keprihatinannya terhadap populasi Singapura yang menua dengan cepat dan tenaga kerja migrannya. Sebagian besar tenaga kerja migran berpusat di industri konstruksi dan jasa rumah tangga.
"Saya berharap perhatian khusus akan diberikan kepada orang miskin dan orang tua serta untuk melindungi martabat pekerja migran," kata Paus Fransiskus dalam pidatonya kepada sekitar 1.000 politisi dan pemimpin sipil dan agama di Universitas Nasional Singapura. "Para pekerja ini berkontribusi besar bagi masyarakat dan harus dijamin upah yang layak," katanya.
Ada 1,1 juta orang asing yang memiliki izin bekerja di Singapura yang berpenghasilan kurang dari S$ 3.000 per bulan pada Desember 2023, termasuk 286.300 pekerja rumah tangga dan 441.100 pekerja di sektor konstruksi, galangan kapal, dan proses. Banyak pekerja migran yang berasal dari negara-negara tetangga seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Tiongkok, Bangladesh, dan India.
Pidato Fransiskus disampaikan setelah pertemuan pribadi dengan Presiden Tharman Shanmugaratnam dan Perdana Menteri Lawrence Wong di gedung parlemen negara itu. Paus Fransiskus disambut dengan barisan kehormatan resmi dan pemutaran lagu kebangsaan Vatikan.
Singapura menghadapi populasi yang menua dengan cepat. Angka kelahiran turun di bawah 1 pada tahun 2023, dan negara itu akan dianggap sebagai masyarakat "super-tua" pada tahun 2026, seperti apa yang disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa. Proporsi penduduk berusia 65 tahun ke atas diproyeksikan mencapai 21 persen.
Kepedulian terhadap para migran telah menjadi tema umum bagi Paus Fransiskus. Sebelumnya dalam lawatannya selama 12 hari, ia meminta para pemimpin di Papua Nugini untuk bekerja dengan upah yang adil karena negara itu menjadi target utama perusahaan-perusahaan internasional untuk gas, emas, dan cadangan lainnya.
Pada hari Kamis, Paus Fransiskus juga memuji upaya Singapura untuk menghadapi perubahan iklim, dan menyebut mereka sebagai model bagi negara-negara lain. Pemerintah Singapura mengatakan bahwa naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global dapat berdampak besar pada garis pantainya yang rendah. Singapura mengalokasikan anggaran S$100 miliar selama abad ini untuk mengatasi masalah tersebut.
"Komitmen Anda terhadap pembangunan berkelanjutan dan pelestarian ciptaan adalah contoh yang harus diikuti, dan pencarian Anda akan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan lingkungan dapat mendorong negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama," kata Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus adalah Paus kedua kedua yang mengunjungi Singapura, setelah kunjungan singkat selama 5 jam oleh mendiang Yohanes Paulus II pada 1986. Singapura, dengan populasi 5,92 juta jiwa, sekitar 31 persen penduduknya beragama Buddha dan Katolik sekitar 210.000 orang. Agama lainnya adalah Muslim, Hindu, dan Tao yang kuat.
Paus Fransiskus memuji negara itu sebagai campuran berbagai suku, budaya, dan agama yang hidup rukun. Ia mengatakan bahwa para pejabat politik agar mencegah ekstremisme. Sebab intoleransi yang menguat akan membahayakan keharmonisan sosial.
Pada hari Kamis, Fransiskus akan memimpin Misa di stadion olahraga nasional Singapura, yang diperkirakan akan dihadiri sekitar 55.000 orang termasuk mereka yang datang dari Hong Kong untuk menghadiri acara tersebut. Vatikan saat ini sedang merundingkan kembali kesepakatan kontroversial dengan Cina mengenai pengangkatan uskup Katolik di negara itu, yang akan diperbarui pada bulan Oktober.
REUTERS
Pilihan editor: Menlu Joly Tegaskan Kanada Tidak Menjual Senjata kepada Israel