TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Selasa akan mengumumkan rencana pengendalian pandemi Covid-19 untuk musim dingin, setelah mengumumkan keputusan untuk membatalkan pengenalan paspor vaksin dan langkah-langkah untuk mengakhiri tindakan darurat.
Boris Johnson, yang mendapat kecaman dari beberapa orang di Partai Konservatif yang berkuasa karena menaikkan pajak untuk memperbaiki krisis kesehatan dan perawatan sosial, tampaknya akan mencoba menenangkan para kritikus dengan membatalkan rencana paspor vaksin meskipun ada peningkatan jumlah kasus virus corona.
Dilaporkan Reuters, 12 September 2021, Menteri Kesehatan Sajid Javid mengatakan kepada televisi Inggris dia tidak mengantisipasi lebih banyak lockdown dan paspor vaksin tidak akan diperkenalkan di Inggris. Javid mengatakan pemerintah akan mengandalkan vaksin dan pengujian untuk menjaga kesehatan publik.
"Sekarang kita memasuki musim gugur dan musim dingin...perdana menteri minggu ini akan menetapkan rencana kami untuk mengelola COVID selama beberapa bulan mendatang dan dalam hal itu kami akan menjelaskan bahwa program vaksin kami berhasil," kata Sajid Javid kepada Sky News.
Dia mengatakan kepada BBC, dia tidak akan memberlakukan lockdown lagi tetapi tidak akan mengenyampingkan lockdown jika diperlukan. Pemerintah, katanya, juga tidak akan melanjutkan rencana paspor vaksin untuk memungkinkan orang menghadiri acara massal dan dia ingin menghapus aturan tes PCR untuk pelancong sesegera mungkin.
Seorang pria menerima dosis vaksin Covid-19 dari Pfizer BioNTech di Rumah Sakit Central Middlesex di London, Inggris, 1 Agustus 2021. REUTERS/Henry Nicholls
Sajid Javid mengatakan pemerintah akan tetap berhati-hati. "Tetapi program vaksin, program pengujian kita, program pengawasan kita, perawatan baru...ini semua adalah tembok pertahanan kita dan sementara ada banyak virus di sekitarnya, itu berhasil," katanya.
Industri malam menyambut baik pembatalan rencana paspor vaksin, dengan Michael Kill, kepala eksekutif badan perdagangan Night Time Industries Association (NTIA), mengatakan dia berharap bisnis akan dapat mulai membangun kembali sektor yang secara konsisten jatuh selama pandemi.
Pemerintah juga mengharapkan Komite Gabungan untuk Vaksinasi dan Imunisasi Inggris (JCVI) untuk mengonfirmasi rincian program booster vaksinasi yang akan dimulai bulan ini.
Inggris, yang memiliki salah satu angka kematian resmi Covid-19 tertinggi di dunia, telah mengalami peningkatan jumlah kasus selama beberapa bulan terakhir setelah melonggarkan pembatasan pada Juli, ketika pemerintah pertama kali bertaruh pada vaksin Covid-19 untuk melindungi masyarakat.
Oposisi Partai Buruh mengatakan pihaknya setuju bahwa itu adalah pendekatan yang "masuk akal" untuk mengambil beberapa tindakan berdasarkan undang-undang, tetapi memperingatkan pemerintah bahwa musim dingin dapat membebani Layanan Kesehatan Nasional (NHS).
"Kita tahu bahwa musim dingin akan sulit, NHS mengkhawatirkan musim dingin terburuk, kita tahu kita akan mengalami lebih banyak flu, masalah pernapasan," kata kepala kebijakan kesehatan Partai Buruh Jonathan Ashworth kepada Times Radio.
"Jadi kita perlu mempersiapkan NHS kita untuk musim dingin."
Pemerintah diberikan kekuatan darurat dalam skala besar pada Maret 2020 dengan diperkenalkannya Undang-Undang Virus Corona, yang mencakup langkah-langkah untuk menutup bisnis, menutup sektor ekonomi, dan hak untuk menahan orang yang terinfeksi.
Wewenang yang dianggap penting untuk melindungi dan mendukung masyarakat akan tetap ada berlaku, termasuk membantu NHS untuk mendapatkan sumber daya darurat yang dibutuhkannya dan wajib isolasi bagi mereka dinyatakan positif Covid-19, kata kantor perdana menteri, Sky News melaporkan.
"Masa-masa luar biasa ini membutuhkan tindakan yang diperlukan tetapi mengganggu. Tetapi saya bertekad untuk menyingkirkan wewenang darurat apa pun yang tidak lagi kami butuhkan karena pertahanan vaksin kita," kata Boris Johnson.
Baca juga: Naikkan Pajak, PM Boris Johnson Langgar Janji Kampanye?
REUTERS | SKY NEWS