TEMPO.CO, Jakarta - Media Amerika Serikat The New York Times pada Kamis melaporkan bahwa Israel mendirikan perusahaan cangkang atau gadungan untuk memproduksi pager atau alat komunikasi penyeranta berisi bahan peledak yang kemudian dikirim ke Lebanon. Hal ini menurut laporan NYT dengan mengutip tiga petugas intelijen Israel.
Menurut sumber petugas tersebut, manufaktur penyeranta itu, BAC Consulting Kft. adalah perusahaan yang berbasis di Hungaria yang memiliki kontrak untuk memproduksi perangkat tersebut atas nama perusahaan Taiwan Gold Apollo. Padahal sebenarnya produk itu dibuat perusahaan buatan Pemerintah Israel.
Selain itu, sedikitnya ada dua perusahaan gadungan lain yang dibentuk untuk menutupi identitas sebenarnya dari orang-orang yang membuat perangkat tersebut – ungkap petugas intelijen Israel.
Pada saat yang sama, BAC Consulting Kft. juga memiliki pelanggan lainnya yang memesan produksi pager yang tanpa menggunakan bahan peledak, lapor surat kabar itu. Khusus pager yang diproduksi untuk Hizbullah, “diproduksi secara terpisah, berisi baterai yang dicampur dengan bahan peledak.”
Pager yang bersifat eksplosif ini mulai dikirimkan ke Lebanon pada musim panas 2022, tetapi penggunaannya kemudian ditingkatkan setelah pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mencela penggunaan ponsel demi alasan keamanan.
Sebelumnya, surat kabar Lebanon Al Manar melaporkan bahwa peralatan komunikasi—seperti walkie talkie—yang meledak pada Rabu di berbagai wilayah di Lebanon dibeli sekitar lima bulan yang lalu, hampir bersamaan dengan pager yang meledak satu hari sebelumnya.
"Hizbullah membeli peralatan komunikasi lima bulan lalu, pada waktu yang hampir bersamaan dengan pager," lapor surat kabar tersebut.
Dalam serangan selama dua hari berturut-turut itu, sedikitnya 37 orang tewas—termasuk dua anak-anak— dan lebih dari 3.000 lainya terluka. Sebanyak 400 korban luka dalam kondisi kritis karena kehilangan tangan, mata hingga perut yang terburai akibat ledakan tersebut.
Pilihan Editor: Perburuan Asal-usul Serangan Pager Lebanon Meluas ke Bulgaria dan Norwegia
THE JERUSALEM POST | AL MANAR