TEMPO.CO, Jakarta - Israel akhirnya buka suara ihwal ledakan pager dan walkie-talkie yang masif dan menargetkan kelompok Hizbullah di Lebanon. Menurut Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, era baru perang dimulai.
Seperti diketahui, sehari setelah ribuan pager meledak di Lebanon, perangkat genggam walkie-talkie milik Hizbullah juga meledak pada Rabu, 18 September 2024. Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan pada Kamis 19 September 2024 bawah 25 orang tewas dan lebih dari 450 orang terluka di pinggiran kota Beirut dan Lembah Bekaa akibat kejadian tersebut.
Siapa dalang insiden ledakan alat komunikasi?
Meski tak memberi pernyataan resmi, Israel secara diam-diam mengakui perannya dalam serangan ganda yang mengejutkan dan membawa Timur Tengah kembali ke ambang konflik yang lebih luas.
Setelah menolak mengomentari ledakan hari Selasa, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant melontarkan pernyataan yang merujuk pada serangan tersebut saat berkunjung hari Rabu ke pangkalan Angkatan Udara Ramat-David di Israel utara.
"Kita berada di awal era baru dalam perang ini dan kita perlu menyesuaikan diri," kata Gallant. Ia memuji prestasi luar biasa Pasukan Pertahanan Israel (IDF), bersama dengan badan keamanan negara itu, Shin Bet, dan badan intelijennya Mossad.
Israel tak mengakui ledakan walkie talkie dan pager terhadap Hizbullah. Namun seorang sumber Israel yang paham dengan keamanan nasional mengatakan bahwa Israel melancarkan serangan pager pada saat gunakan atau hilang ketika mereka yakin Hizbullah menemukan kemampuan tersebut.
Dampak insiden ledakan pager dan walkie-talkie
Ledakan pager itu terjadi beberapa jam setelah Israel memilih memperluas wilayah perangnya. Setelah hampir setahun terjadi aksi saling balas antara Hizbullah dan Israel, puluhan ribu orang telah mengungsi di Lebanon selatan dan Israel utara.
Seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa IDF sedang memindahkan Divisi elit ke-98 dari Gaza ke Israel utara. "Pusat gravitasi bergerak ke utara," kata Gallant. "Artinya adalah kami mengalihkan kekuatan, sumber daya, dan energi ke utara."
Serangan ganda di Lebanon berisiko meningkatkan ketegangan di kawasan yang sudah meningkat akibat perang Israel melawan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak para pihak untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan khawatir serangan beruntun tersebut merupakan tanda peralihan ke awal perang. “Ini adalah momen yang menakutkan dan kami takut (akan) berperang, karena kami tidak menginginkan perang,” kata Bou Habib. Ia menyerukan Dewan Keamanan PBB dan Amerika Serikat untuk membantu membangun kembali perdamaian di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.
Analis intelijen dan keamanan, Bob Baer, juga menyatakan gangguan Israel terhadap jaringan komunikasi Hizbullah dapat membuka jalan bagi serangan militer yang akan segera terjadi di Lebanon. "Fakta bahwa Israel berhasil masuk ke jaringan pasokan mereka belum pernah terjadi sebelumnya," kata Baer.
Ia menyoroti gangguan akibat penggunaan walkie-talkie oleh Hizbullah sebagai hal yang sangat merugikan karena kelompok tersebut bergantung pada walkie-talkie tersebut untuk memberikan koordinat tembakan, memindahkan amunisi, dan berkomunikasi secara real time. Hal ini membuat Hizbullah rentan jika Israel terus maju dengan rencana militernya.
KAKAK INDRA PURNAMA | DEWI RINA CAHYANI | ROLA FARHAT | RIZKI DEWI AYU
Pilihan editor: Pemimpin Hizbullah: Komandan Selamat dari Ledakan Pager karena Pakai Model Lama