TEMPO.CO, Jakarta - Rusia mengisir enam diplomat Inggris dari Moskow karena dituduh melakukan mata-mata dan sabotase. Hal itu terjadi saat para pemimpin Inggris dan AS bertemu di Washington untuk memutuskan apakah akan menyetujui rudal yang akan digunakan Ukraina untuk melawan Rusia.
Badan keamanan FSB Rusia mengatakan mereka bekerja di departemen politik kedutaan Inggris di Moskow. Namun seorang juru bicara Kantor Luar Negeri Inggris menyebut klaim tersebut sama sekali tidak berdasar.
Mereka mengatakan para diplomat itu diusir pada Agustus setelah tindakan yang diambil oleh pemerintah Inggris sebagai tanggapan atas aktivitas Rusia di seluruh Eropa dan di Inggris. "Kami tidak menyesali keputusan untuk melindungi kepentingan nasional kami," ujar juru bicara Kemenlu Inggris itu.
FSB mengklaim cabang Kantor Luar Negeri Eropa Timur dan Asia Tengah sekarang menjadi dinas khusus yang tugas utamanya adalah mengalahkan Rusia.
Berita pengusiran itu muncul saat Presiden Vladimir Putin memperingatkan Ukraina agar tidak mendapatkan persetujuan untuk menggunakan rudal jarak jauh yang dipasok Barat. Rudal jarak jauh itu digunakan untuk menyerang Rusia.
Putin mengatakan hal itu akan mengubah hakikat dan sifat konflik. Ia menuding bahwa negara-negara NATO, AS, dan Eropa sedang berperang dengan Rusia.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden AS Joe Biden akan bertemu di Washington pada hari Jumat. Mereka akan membicarakan ihwal persetujuan rudal Ukraina.
Di pesawat menuju AS, Starmer mengatakan Inggris tidak mencari konflik dengan Rusia. "Rusia memulai konflik ini. Rusia menginvasi Ukraina secara ilegal. Rusia dapat segera mengakhiri konflik ini," katanya kepada wartawan.
“Ukraina memiliki hak untuk membela diri dan kami jelas sepenuhnya mendukung hak Ukraina untuk membela diri," ujar Starmer.
Pengusiran terbuka oleh Rusia terhadap enam diplomat Inggris di Moskow, yang dituduh terlibat dalam mata-mata dan sabotase, merupakan cara Kremlin untuk menghukum London. Pencabutan akreditasi diplomat merupakan alat yang dapat digunakan semua negara untuk saling menyerang atau mengirimkan sinyal kemarahan.
Inggris mengusir hampir dua lusin pejabat Rusia di London, yang dituduh melakukan mata-mata, menyusul peracunan racun saraf novichok terhadap Sergei Skripal, mantan agen ganda Rusia, dan putrinya Yulia pada tahun 2018. Hal ini memicu penolakan balasan dari beberapa pejabat Inggris di kedutaan besar di Moskow.
SKY NEWS
Pilihan editor: Cina Naikkan Usia Pensiun, Makin Banyak Gen-Z Terancam Menganggur