TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat pada Selasa menuding Iran sedang mempersiapkan serangan rudal balistik terhadap Israel. Washington memperingatkan bahwa serangan semacam itu akan memiliki konsekuensi “parah” bagi Teheran.
Peringatan itu muncul ketika Israel mengatakan telah melancarkan serangan darat di Lebanon untuk menargetkan milisi Hizbullah yang didukung Iran, yang pemimpinnya Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel pekan lalu.
“Amerika Serikat mempunyai indikasi bahwa Iran sedang bersiap untuk segera melancarkan serangan rudal balistik terhadap Israel,” kata seorang pejabat senior Gedung Putih yang tidak mau disebutkan namanya.
“Kami secara aktif mendukung persiapan pertahanan untuk membela Israel dari serangan ini.”
Amerika Serikat dan sekutu Barat lainnya turun tangan untuk membantu membela Israel dari serangan gabungan rudal dan drone Iran pada April, yang diluncurkan Teheran sebagai pembalasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus.
Pejabat AS itu menambahkan: "Serangan militer langsung dari Iran terhadap Israel akan membawa konsekuensi yang parah bagi Iran."
Iran mengatakan bahwa pembunuhan Nasrallah akan membawa "kehancuran" bagi Israel, meskipun kementerian luar negeri pada Senin mengatakan bahwa Teheran tidak akan mengerahkan tentara untuk menghadapi Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan peringatan keras kepada Iran pada Senin, dengan mengatakan “tidak ada tempat di Timur Tengah yang tidak dapat dijangkau oleh Israel.”
Netanyahu juga mengatakan bahwa masa depan “ketika Iran akhirnya bebas” akan “terjadi jauh lebih cepat dari perkiraan orang”.
Serangan terhadap Israel oleh Iran akan menambah kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas, yang menurut Amerika Serikat dan negara-negara besar lainnya ingin mereka hindari di Timur Tengah.
Amerika Serikat dengan hati-hati mendukung langkah Israel untuk membongkar kemampuan Hizbullah dalam menyerang Israel utara, bahkan ketika Presiden Joe Biden menyerukan gencatan senjata.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa Washington "melacak peristiwa-peristiwa di Timur Tengah dengan sangat cermat".
“Amerika Serikat berkomitmen terhadap pertahanan Israel,” kata Blinken Selasa pagi saat bertemu dengan timpalannya dari Maroko Nasser Bourita di Departemen Luar Negeri.
Washington mengatakan pada hari Senin bahwa mereka meningkatkan pasukannya di Timur Tengah sebanyak “beberapa ribu” tentara, dengan mendatangkan unit-unit baru sambil memperluas unit-unit lain yang sudah ada di sana.
Mereka juga mengerahkan lebih banyak jet tempur, kata Pentagon.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Senin malam menawarkan dukungan kepada timpalannya dari Israel Yoav Gallant untuk “membongkar infrastruktur serangan” milik Hizbullah di sepanjang perbatasan dengan Lebanon.
Hizbullah memulai serangan dengan intensitas rendah terhadap pasukan Israel sehari setelah sekutunya di Palestina, Hamas, yang juga didukung oleh Iran, melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober, yang memicu serangan dahsyat Israel di Jalur Gaza.
Tembakan lintas batas dari Israel dan Hizbullah terus berlanjut sepanjang perang Israel di Gaza.
Gempuran Israel itu telah menewaskan hampir 41.600 warga Palestina -- sebagian besar perempuan dan anak-anak -- serta melukai lebih dari 96.200 lainnya, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Serangan Israel membuat hampir seluruh penduduk di wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade, yang terus berlangsung dan hingga menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel di Mahkamah Internasional menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza.
Pekan ini, Israel juga mulai menggempur Lebanon melalui invasi darat dan serangan udara. Serangan udara Israel pekan lalu juga menewaskan pemimpin tertinggi kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Pilihan Editor: Korea Utara: Israel Bebas Membantai Warga Palestina Gara-gara Perlindungan AS
CHANNEL NEWSASIA