TEMPO.CO, Jakarta - Italia siap mengirim pasukan ke Perserikatan Bangsa-bangsa untuk pengakuan negara Palestina yang diakui Israel dan mengakui Israel. Dalam wawancara dengan surat kabar Avvenire, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menilai tewasnya pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menimbulkan masalah internasioal di kawasan tersebut.
"Sayangnya, risiko meningkatnya ketegangan tampaknya terus berlanjut. Saat ini, kami bekerja lebih keras dari sebelumnya untuk mencapai gencatan senjata di Lebanon dan Gaza," katanya.
Tajani menekankan bahwa ia terus berkomunikasi dengan kedutaan besar di Tel Aviv, Beirut, dan Teheran. "Kami memantau situasi darurat dan siap mengevakuasi warga negara kami."
"Kami menghimbau semua orang untuk segera meninggalkan tempat itu. Sementara kami terus berupaya melakukan diplomasi untuk meredakan ketegangan, situasi masih belum kondusif."
Ketika ditanya tentang pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di PBB, Tajani mengatakan Israel memiliki hak untuk membela diri. Dia menegaskan bahwa krisis ini dimulai dengan serangan pada 7 Oktober 2023. Namun pembalasan yang dilakukan Israel menyebabkan puluhan ribu warga sipil Palestina tewas.
Tajani mencatat bahwa ada pemerintahan yang berbeda di Gaza dan Tepi Barat, yang menunjukkan bahwa tidak ada pemerintahan tunggal di Palestina. “Tujuan kami adalah memfasilitasi integrasi ini, mungkin untuk waktu yang terbatas, dengan kehadiran misi PBB yang dipimpin Arab di bawah bimbingan otoritas Palestina. Kami siap mengirimkan pasukan kami bersama PBB untuk mendirikan negara Palestina yang diakui oleh Israel dan mengakui Israel," katanya.
Israel terus membombardir Gaza di tengah invasi darat yang dilakukan ke Lebanon. Pada Selasa, 1 Oktober 2024, serangan Udara Israel menyebabkan 21 orang di Gaza tewas.
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 13 orang, termasuk wanita dan anak-anak, tewas dalam dua serangan Israel terhadap dua rumah di Nuseirat, salah satu dari delapan kamp pengungsi bersejarah di daerah kantong itu. Belum ada komentar langsung dari tentara Israel mengenai kedua serangan tersebut.
Serangan lain terhadap sekolah yang menampung keluarga Palestina terlantar di lingkungan Tuffah, Kota Gaza, menewaskan sedikitnya tujuh orang.
Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan serangan udara tersebut menargetkan militan Hamas yang beroperasi dari sebuah pusat komando di sebuah kompleks yang sebelumnya berfungsi sebagai Sekolah Al-Shejaia. Hamas dituduh menggunakan penduduk sipil dan fasilitasnya untuk tujuan militer, namun hal itu dibantah oleh Hamas.
ANADOLU | REUTERS
Pilihan editor: Hassan Nasrallah Tewas: Pandangan Netanyahu hingga Pidato Terakhir