TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat intelijen AS menuduh Iran di balik peretasan kampanye presiden Donald Trump. Hal ini menunjukkan intrusi siber itu sebagai bagian dari upaya terang-terangan Teheran mencampuri politik Amerika dan berpotensi mempengaruhi hasil pemilihan presiden atau pilpres AS.
Ini adalah pertama kalinya pemerintah Amerika Serikat menyalahkan pihak lain atas serangan tersebut. Selain membobol kampanye Trump, sejumlah pejabat juga meyakini Iran berupaya meretas kampanye presiden Kamala Harris.
Peretasan oleh Iran ini menurut pejabat intelijen AS itu, untuk menciptakan perselisihan, melemahkan kepercayaan pada lembaga demokrasi dan memengaruhi hasil pemilu. "Iran menganggap sangat penting dampaknya terhadap kepentingan keamanan nasionalnya," kata pejabat tersebut.
"Kami telah mengamati peningkatan aktivitas agresif Iran selama siklus pemilihan ini, khususnya yang melibatkan operasi pengaruh yang menargetkan publik Amerika dan operasi siber yang menargetkan kampanye Presiden," kata pernyataan yang dirilis oleh FBI, Kantor Direktur Intelijen Nasional, dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur.
Misi Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa membantah peretasan tersebut. Iran mengatakan tidak memiliki motif maupun niat untuk mencampuri pemilu dan menantang AS untuk memberikan bukti.