TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha Hsu Ching-kuang, seperti dilansir NPR, pernah dipuji di Taiwan karena menghidupkan kembali pager elektronik kuno, sebagian dengan beralih ke penjualan ke pemerintah asing. Pada satu titik, dia mengklaim perusahaannya, Gold Apollo, mendominasi 99% pasar pager Belanda dan bahkan menghitung FBI sebagai klien.
Namun, berita dari Lebanon tentang gelombang ledakan pager yang menelan korban jiwa sedikitnya sembilan orang mengubah persepsi orang tentang kesuksesan Hsu. Ini disebabkan merek yang tertera pada pager-pager tersebut adalah Gold Apollo. Hsu segera menjadi target investigasi polisi dan media.
Hsu mengonfirmasi bahwa merek perusahaannya ada di pager-pager tersebut. "Ini sangat memalukan," katanya.
Namun, ia membantah keterlibatannya dalam pembuatan pager peledak itu. Ia mengatakan model pager yang digunakan dalam ledakan di Lebanon dan Suriah itu dibuat oleh BAC Consulting yang berbasis di Budapest, kata perusahaan Taiwan Gold Apollo.
BAC menggunakan merek dagang Gold Apollo untuk pager tersebut, tetapi desain dan pembuatan produk "sepenuhnya ditangani oleh BAC", kata perusahaan Taiwan tersebut.
"Tidak ada apa pun dalam perangkat tersebut yang kami produksi atau ekspor ke mereka [BAC]," kata Hsu, seraya mengatakan bahwa pager tersebut "sama sekali berbeda" dengan desainnya dan berisi chip yang tidak digunakan Gold Apollo pada pager buatannya.
Bagaimana merek produknya bisa ada pada ribuan pager yang meledak?
Reuters dan New York Times melaporkan bahwa pager tersebut pada akhirnya ditanam oleh Israel, dengan mengutip para pejabat Lebanon dan Amerika. Namun bagaimana dan kapan perangkat itu dimodifikasi untuk menjadi mematikan masih belum jelas.
Keterkaitan pager dengan perusahaan-perusahaan yang relatif tidak dikenal di Asia dan Eropa menunjukkan adanya rencana yang sudah lama direncanakan.
Kepada NPR, Hsu mengatakan ia didekati oleh seorang wanita Taiwan yang disebutnya bernama “Teresa” tiga tahun lalu. Teresa mengaku sebagai perwakilan lokal untuk perusahaan Hongaria bernama BAC Consulting.
Setelah lebih dari dua bulan bernegosiasi dengan Teresa, Hsu setuju untuk menandatangani kontrak untuk menjual pager produksinya kepada BAC dan sebagai tambahan, mengizinkan BAC untuk menggunakan merek dagang Gold Apollo pada produknya sendiri.
Ia mendengar dari Teresa bahwa BAC memiliki kepentingan di Afrika Timur. Namun, “Dari awal hingga akhir, mereka tidak pernah menyebutkan Lebanon," katanya kepada NPR.
Laporan tahunan selama dua tahun terakhir, yang diunduh dari portal registrasi bisnis online Kementerian Kehakiman Hongaria, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut terdaftar pada Mei 2022, dan pemilik tunggal BAC disebut sebagai Cristiana Bársony-Arcidiacono. Laporan tahunan terbaru perusahaan, yang ditandatangani pada Mei tahun ini, mencatat neraca keuangan sedikit lebih dari $320.
Sekitar setahun setelah BAC menandatangani kontrak dengan Gold Apollo, Hsu mengatakan bahwa mereka kembali kepadanya dengan permintaan yang tidak biasa: mereka ingin mendesain produk mereka sendiri tetapi menggunakan merek dagang perusahaannya.
"Mereka mengatakan bahwa mereka ingin membina sekelompok insinyur," kata Hsu mengingat apa yang dikatakan BAC kepadanya. "Saya mengatakan kepada mereka, barang yang Anda buat tidak mudah digunakan dan juga tidak enak dipandang. Mengapa tidak menggunakan produk saya saja?"
Hsu juga menyadari bahwa transfer pembayaran mereka "aneh."
Meskipun BAC berlokasi di Budapest, ibu kota Hongaria, Hsu mengatakan bahwa perusahaan membayar Gold Apollo dari rekening bank Timur Tengah yang diblokir setidaknya satu kali oleh bank mereka di Taiwan.
Terakhir kali Gold Apollo mengirimkan komponen ke BAC adalah pada awal tahun ini, kata Hsu.