TEMPO.CO, Jakarta - Dalam Debat Capres AS pertama antara Kamala Harris, Wakil Presiden AS dari Partai Demokrat, dan mantan Presiden Donald Trump yang diadakan pada 10 September 2024, Harris dinilai oleh banyak pengamat sebagai pihak yang lebih unggul.
Meskipun sempat tersandung pada beberapa isu di awal, Harris mampu mengendalikan sebagian besar debat dan menonjolkan perbedaan yang signifikan antara dirinya dan Trump. Lantas, apa saja faktor yang membuat Harris lebih unggul dalam debat ini?
- Respon Terhadap Serangan Trump
Dikutip dari eiu.com, Kamala Harris berhasil mempertahankan posisinya dengan baik selama debat, meskipun menghadapi berbagai serangan dari Trump. Pada isu hak aborsi, Harris mengkritik posisi Trump yang lebih mendukung pembatasan di tingkat negara bagian dan menggambarkan posisi tersebut sebagai ekstrem dan "amoral". Trump, di sisi lain, gagal memberikan tanggapan yang jelas terhadap kritik ini.
Di bidang imigrasi, Harris mengungkapkan peran Trump dalam menggagalkan undang-undang bipartisan yang bertujuan memperkuat keamanan perbatasan. Ini menjadi momen di mana Harris berhasil menjawab serangan Trump dengan argumentasi yang solid, sementara Trump tampak lebih terfokus pada teori konspirasi yang tidak berdasar, yang membuat serangannya kurang efektif.
- Perbedaan dalam Pendekatan dan Isi Debat
Harris menunjukkan perbedaan yang jelas dalam pendekatan dan isi debat dibandingkan dengan Trump. Dia menghadapi Trump dengan gaya yang tajam dan fokus, memberikan jawaban yang dirancang untuk menyoroti kontras antara visinya dan visi Trump.
Harris memanfaatkan bahasa tubuh dan ekspresi wajahnya untuk menunjukkan ketidaksetujuan terhadap jawaban Trump, serta menegaskan ketidaknyamanan terhadap serangan pribadi Trump.
Sementara itu, Trump cenderung melewati topik-topik yang menjadi kelemahan Demokrat, seperti imigrasi dan perang Israel-Hamas, dan lebih sering terjebak dalam argumen yang tidak relevan atau klaim yang tidak berdasar. Hal ini membuat Trump terlihat tidak siap dan kurang fokus pada isu-isu penting.
- Pengaruh Endorsement dan Dukungan Publik
Dikutip dari APNews, salah satu faktor yang mungkin memberikan keuntungan tambahan bagi Harris adalah endorsement dari Taylor Swift, seorang bintang pop Amerika. Endorsement ini dapat meningkatkan popularitas Harris di kalangan pemilih muda, kelompok demografis yang penting bagi Demokrat. Selain itu, Harris juga berhasil mempertahankan posisinya di mata publik dengan menjawab berbagai kritik secara efektif dan menyoroti kelemahan Trump.
- Ketidakmampuan Trump untuk Menggarap Isu-isu Utama
Trump tampaknya mengalami kesulitan dalam tetap fokus pada isu-isu utama dan seringkali terjebak dalam diskusi tentang topik-topik yang tidak relevan. Dalam debat tersebut, Trump berulang kali beralih dari topik utama seperti ekonomi dan imigrasi ke pembicaraan tentang ukuran kerumunan di kampanye-nya dan klaim yang tidak terbukti. Hal ini menyebabkan Trump terlihat lebih tidak terfokus dan kurang memadai dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh Harris.
- Penguasaan Materi dan Penampilan Harris
Harris berhasil memanfaatkan kesempatan untuk menampilkan dirinya sebagai kandidat yang lebih terampil dan berpengetahuan luas. Dia menghadapi Trump dengan argumen yang terstruktur dengan baik dan memberikan jawaban yang menunjukkan penguasaan materi.
Momen di mana Harris menggambarkan bagaimana Trump berperilaku dengan cara yang tidak pantas di hadapan pemimpin asing dan pemimpin militer juga menyoroti keseriusannya dalam menghadapi tantangan kepemimpinan.
- Respons Harris terhadap Kritikan Pribadi
Kamala Harris juga menunjukkan ketegasan dalam merespons kritik pribadi yang dilontarkan Trump. Ketika Trump mencoba menyerang identitas rasialnya, Harris dengan tegas mengajukan pertanyaan retoris yang menekankan bahwa publik Amerika menginginkan yang lebih baik dari politik yang divisif. Reaksi Harris terhadap serangan-serangan ini menunjukkan kemampuannya untuk tetap tenang dan fokus pada isu-isu substansial.
Pilihan editor: Kamala Harris Dituduh Manfaatkan Wearable Audio Earrings dalam Debat Lawan Trump, Benarkah?