Sebelumnya pada tahun lalu, Jerman menyetujui ekspor senjata ke Israel senilai 326.5 juta euro. Ekspor tersebut termasuk peralatan militer dan senjata perang yang jumlahnya naik sampai 10 kali lipat dibanding 2022 berdasarkan data Kementerian Ekonomi, yang menyetujui izin ekspor. Namun izin ekspor yang diterbitkan pada tahun ini sudah mengalami penurunan dengan total hanya 14.5 juta euro yang diberikan mulai Januari-21 Agustus 2024.
Sumber yang dekat dengan Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan pejabat senior di Kementerian mengatakan telah menghentikan tindakan memberi persetujuan pada ekspor senjata untuk Israel hingga menunggu penyelesaian kasus hukum yang menyatakan ekspor senjata dari Jerman itu melanggar hukum kemanusiaan. Kementerian Ekonomi Jerman belum mau memberikan tanggapan perihal ini.
Jerman sedang mengajukan dua pembelaan. Pertama di Mahkamah Internasional dan kedua di Pusat Konstitusi Eropa dan HAM (ECCHR). Dalam salah satu pembelaannya, Jerman menyatakan tidak ada senjata perang yang sudah di ekspor di bawah izin yang diterbitkan Kementerian sejak serangan 7 Oktober 2023, selain untuk kontrak jangka panjang.
Serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 41 ribu orang sejak serangan 7 Oktober 2023. Perang Gaza juga telah menyebabkan sebagian besar warga dari 2.3 juta jiwa, kehilangan tempat tinggal. Perang Gaza juga telah mengarah pada krisis kelaparan. Pengadilan Internasional memutuskan Israel telah melakukan genosida, namun tuduhan ini ditampik Tel Aviv.
Belum ada gugatan yang berhasil terkait ekspor senjata oleh Jerman ke Israel, termasuk sebuah kasus yang ajukan Nicarahua ke ICJ. Namun masalah ini telah menciptakan gesekan di pemerintah Jerman karena Kanselir Jerman bersikukuh mendukung Israel, sedangkan politikus Partai Hijau yang bercokol di Kementerian Ekonomi dan Kementerian Luar Negeri Jerman telah melancarkan kritik pada pemerintahan Benjamin Netanyahu.