Dituduh Korupsi
Khaleda mengganti sistem presidensial dengan bentuk pemerintahan parlementer sehingga kekuasaan berada di tangan perdana menteri, mencabut pembatasan investasi asing dan membuat pendidikan dasar menjadi wajib dan gratis.
Ia kalah dari Hasina pada pemilihan umum tahun 1996 tetapi kembali lagi lima tahun kemudian. Namun, masa jabatan keduanya dirusak oleh kebangkitan militan Islamis dan tuduhan korupsi.
Pada 2004, sebuah demonstrasi yang dihadiri oleh Hasina dihantam oleh granat. Hasina selamat, namun lebih dari 20 orang tewas dan lebih dari 500 orang terluka. Pemerintahan Khaleda dan sekutu-sekutu Islamnya disalahkan secara luas dan bertahun-tahun kemudian putra sulungnya diadili secara in absentia dan dijatuhi hukuman seumur hidup atas serangan tersebut. BNP berpendapat bahwa dakwaan tersebut dibuat-buat.
Meskipun Khaleda kemudian menindak tegas kelompok-kelompok radikal Islamis, masa jabatan keduanya sebagai perdana menteri berakhir pada 2006 ketika pemerintah sementara yang didukung oleh militer mengambil alih kekuasaan di tengah ketidakstabilan politik dan kekerasan di jalanan.
Pemerintah sementara memenjarakan Khaleda dan Hasina atas tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan selama sekitar satu tahun sebelum keduanya dibebaskan menjelang pemilihan umum pada 2008.
Meskipun BNP memboikot pemilu 2008 dan Khaleda tidak pernah mendapatkan kembali kekuasaannya, perseteruan sengit dengan Hasina yang menyebabkan keduanya dijuluki sebagai "Begum yang bertarung" terus mendominasi politik Bangladesh.
Ketegangan antara kedua partai mereka sering menyebabkan pemogokan, kekerasan, dan kematian, sehingga menghambat pembangunan ekonomi untuk negara yang dilanda kemiskinan dengan hampir 170 juta penduduk yang terletak di dataran rendah dan rentan terhadap banjir yang menghancurkan.
Pada 2018, Khaleda, putra sulungnya, dan para ajudannya dihukum karena mencuri sekitar $250.000 dalam bentuk sumbangan asing yang diterima oleh sebuah yayasan yatim piatu yang didirikan ketika ia masih menjabat sebagai perdana menteri - sebuah tuduhan yang ia katakan merupakan bagian dari rencana untuk menjauhkannya dan keluarganya dari dunia politik.
Dia dipenjara tetapi dibebaskan pada Maret 2020 dengan alasan kemanusiaan karena kesehatannya memburuk. Sejak saat itu, ia tetap menjadi tahanan rumah.
REUTERS
Pilihan Editor: Seorang WNI Meninggal dalam Kerusuhan di Bangladesh