TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyampaikan pidato yang disiarkan di televisi setelah terjadi baku tembak yang sengit antara kelompok Lebanon tersebut dan Israel. Serangan Hizbullah, Minggu, 25 Agustus 2024, disebut-sebut sebagai tanggapan atas pembunuhan komandan militer senior, Fuad Shukr, oleh Israel di Beirut, bulan lalu.
Nasrallah, seperti dikutip Reuters, mengatakan bahwa kelompoknya akan menilai dampak serangan roket dan pesawat tak berawak terhadap target-target militer Israel pada hari itu sebelum menentukan apakah mereka akan melakukan serangan lebih lanjut untuk membalaskan dendam atas terbunuhnya seorang komandan mereka.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa mereka telah berhasil melakukan serangan "sesuai rencana", dan membantah pernyataan militer Israel bahwa serangan pre-emptive mereka telah menghentikan serangan yang lebih luas dari kelompok tersebut.
Berikut adalah poin-poin penting dari pidato Nasrallah yang dirangkum Al Jazeera dan Al Mayadeen
Hizbullah ingin menghindari eskalasi militer
Baca juga:
Sejak 8 Oktober, hari ketika Hizbullah dan Israel mulai saling serang sehari setelah perang di Gaza dimulai, ada kekhawatiran bahwa pertempuran akan meningkat menjadi perang regional, yang melibatkan Iran dan Amerika Serikat.
Ketakutan ini terutama meningkat bulan lalu setelah pembunuhan Shukr dan juga pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dalam sebuah serangan yang diyakini dilakukan oleh Israel.
Namun, serangan Minggu terhadap Israel tampaknya merupakan upaya yang disengaja oleh Hizbullah untuk menghindari respons Israel dalam skala besar. Nasrallah mengisyaratkan bahwa serangan tersebut telah berhasil dan dia puas dengan penargetan situs militer dan intelijen Israel.
Dia menegaskan bahwa "sejumlah besar drone menghantam target yang dituju, tetapi musuh menyembunyikan semua detail yang relevan, tetapi siang dan malam akan mengungkapkan kebenaran tentang apa yang terjadi di sana."
Nasrallah menjelaskan bahwa operasi ini terdiri dari dua tahap. Fase awal difokuskan pada penargetan situs dan barak di Palestina utara yang diduduki dengan ratusan roket Katyusha. Fase ini dimaksudkan untuk menguras dan menghabiskan Iron Dome dan rudal pencegat, yang membuka jalan untuk fase kedua, yang melihat kawanan drone menuju ke target yang dituju.
Mengenai pedoman yang ditetapkan untuk memilih target-target tersebut, Nasrallah mencatat bahwa mereka haruslah militer, bukan sipil, terkait langsung dengan pembunuhan pemimpin yang mati syahid, dan berada jauh di dalam wilayah yang diduduki dan dekat dengan Tel Aviv.