TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menanggapi penunjukan Yahya Sinwar sebagai pemimpin kelompok militan Palestina, Hamas. Menlu Retno menegaskan lagi sikap Indonesia utamanya pada upaya damai bagi Palestina.
“Kami fokus pada usaha penyelesaian perdamaian,” kata Menlu Retno usai mendampingi Presiden Joko Widodo terima surat kepercayaan duta besar di Istana Kepresidenan Jakarta, pada Kamis, 8 Agustus 2024.
Retno menjelaskan lagi bahwa pertama, Indonesia mendorong agar gencatan senjata. Kedua, mendukung bantuan kemanusian bisa berjalan tanpa ada hambatan. Ketiga terus mengadvokasi solusi dua negara. “Fokus kami ini akan dijalankan terus,” katanya.
Tidak ada keterangan lebih lanjut dari Retno soal pemimpin Hamas yang baru. Eks Duta Besar RI untuk Belanda ini hanya mengatakan bahwa sore ini dia akan bertemu delegasi Palestina yang bertamu pada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin barunya pada hari Selasa, 6 Agustus 2024. Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh, yang dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran pada 31 Juli 2024.
Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai pihak yang membunuh Haniyeh. Namun, pemerintah Israel tidak membantah ataupun mengonfirmasi bertanggung jawab atas insiden tersebut. Sinwar adalah pemimpin Hamas yang paling dicari oleh Israel.
Sami Abu Zuhri, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan kepada Anadolu pada Rabu 7 Agustus 2024 bahwa keputusan Hamas menunjuk Sinwar sebagai pemimpin kelompok itu mengandung pesan yang bisa berdampak keras bagi Israel beserta sekutu-sekutunya.
Israel menuduh Sinwar mendalangi serangan lintas batas pada 7 Oktober tahun lalu oleh Hamas, yang mendorong Israel untuk melancarkan serangan militer yang menghancurkan Jalur Gaza serta telah menewaskan lebih dari 39.600 korban.
Sepuluh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) dituduh melakukan genosida. ICJ telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di Rafah --tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang, sebelum kota di Gaza selatan itu juga diserang pada 6 Mei tahun ini.