TEMPO.CO, Jakarta - India menarik staf "non-essentials" beserta keluarga mereka dari misi diplomatik Komisi Tinggi India di Bangladesh. Menurut beberapa sumber pada Rabu, 7 Agustus 2024, pemulangan tersebut dilakukan secara sukarela melalui penerbangan komersial.
"Mereka telah tiba di India pada Rabu pagi," kata sumber tersebut.
Akan tetapi, para diplomat India bakal tetap di Dhaka karena Komisi Tinggi tetap India di Bangladesh itu masih beroperasi. New Delhi pada Selasa, 6 Agustus 2024, mengonfirmasi mantan Perdana Menteri Bangladesh Hasina berada di India. Sebelum bertolak, Hasina terlebih dahulu meminta persetujuan India.
Menteri Luar Negeri India S. Jaishankar mengatakan pada Selasa, 6 Agustus 2204, ada sekitar 19 ribu warga negara India di Bangladesh, dengan sekitar 9 ribu di antaranya adalah pelajar.
Hasina melarikan diri dari Bangladesh pada Senin, 5 Agustus 2024, setelah beberapa pekan terjadi protes keras terkait kuota pekerjaan di pemerintah. Panglima Militer Bangladesh, Jenderal Waker-uz-Zaman, dalam pidatonya mengatakan Hasina mengundurkan diri dan pemerintahan transisi akan dibentuk.
Peraih Nobel Mohammad Yunus telah ditunjuk sebagai kepala lembaga transisi. Hasina, yang telah berkuasa selama 15 tahun, belum mengeluarkan pernyataan apa pun mengenai peristiwa yang terjadi.
"Saya menyalahkan India karena memiliki hubungan baik dengan orang yang salah," kata Yunus dalam wawancara dengan The New Indian Express
"Anda (India) memiliki kebijakan terhadap Bangladesh. Mohon tinjau kembali kebijakan luar negeri Anda. Anda memberi selamat kepada orang-orang atas pemilihan umum yang tidak pernah diadakan," tambahnya. Bangladesh mengadakan pemilihan umum pada Januari 2024, yang diboikot oleh sejumlah partai oposisi dan partai Liga Awami Hasina memenangkan hampir semua kursi.
Sumber: Anadolu-OANA
Pilihan editor: Top 3 Dunia: Ismail Haniyeh Diklaim Dibunuh Anggota Garda Revolusi Iran yang Direkrut Mossad