Pemerintahan yang semakin otokratis
Hasina pertama kali memimpin partai Liga Awami menuju kemenangan pada 1996, menjalani satu masa jabatan selama lima tahun sebelum mendapatkan kembali kekuasaannya pada tahun 2009, dan tidak pernah kehilangan kekuasaannya lagi.
Seiring berjalannya waktu, ia menjadi semakin otokratis dan pemerintahannya ditandai dengan penangkapan massal terhadap lawan-lawan politik dan para aktivis, penghilangan paksa, dan pembunuhan di luar hukum.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia memperingatkan akan adanya pemerintahan satu partai oleh Liga Awami.
Zia, yang merupakan mantan perdana menteri dan janda dari Ziaur Rahman, mantan presiden Bangladesh yang dibunuh pada 1981, dipenjara pada 2018 atas tuduhan korupsi yang menurut pihak oposisi telah dibesar-besarkan. Dia dilarang melakukan aktivitas politik.
BNP dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa pemerintah Hasina menangkap 10.000 pekerja partai oposisi dengan tuduhan yang dibuat-buat menjelang pemilihan umum bulan Januari, yang diboikot oleh pihak oposisi.
Hasina menolak tuntutan BNP untuk mengundurkan diri dan mengizinkan otoritas netral untuk menjalankan pemilu.
Baik dia maupun para pesaingnya saling menuduh satu sama lain berusaha menciptakan kekacauan dan kekerasan untuk membahayakan demokrasi yang belum mengakar kuat di negara berpenduduk 170 juta orang ini.
Meskipun mendapat kritik selama bertahun-tahun berkuasa, Hasina dipuji dengan membalikkan perekonomian dan industri garmen yang sangat besar, sementara memenangkan pujian internasional karena melindungi Muslim Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di negara tetangganya, Myanmar.
Namun, perekonomian juga melambat tajam sejak perang Rusia-Ukraina yang menaikkan harga bahan bakar dan impor makanan, sehingga memaksa Bangladesh untuk meminta dana talangan sebesar $4,7 miliar kepada Dana Moneter Internasional (IMF) tahun lalu.
REUTERS
Pilihan Editor: Sejarah Pergolakan dan Kudeta di Bangladesh