TEMPO.CO, Jakarta - Kerusuhan kembali pecah di Bangladesh. Jumlah korban tewas telah mencapai 21 orang dan puluhan lainnya terluka dalam bentrokan pada Minggu, 4 Agustus 2024 ketika polisi menembakkan gas air mata dan melemparkan granat kejut untuk membubarkan puluhan ribu pengunjuk rasa. Mereka menuntut Perdana Menteri Sheikh Hasina mundur dari jabatannya.
Protes mematikan meletup saat mahasiswa dan kelompok hak asasi manusia, menuduh pemerintahan Hasina menggunakan kekuatan berlebihan untuk membasmi gerakan tersebut. Tuduhan itu dibantah oleh Hasina dan para menterinya.
Para demonstran memblokir jalan raya utama pada hari Minggu saat pengunjuk rasa mahasiswa meluncurkan program non-kooperasi untuk menekan pengunduran diri pemerintah. Kekerasan menyebar ke seluruh negeri.
"Mereka yang berunjuk rasa di jalan saat ini bukanlah mahasiswa, tetapi teroris yang ingin mengganggu stabilitas negara," kata Hasina setelah rapat panel keamanan nasional. "Saya mengimbau kepada seluruh rakyat untuk menumpas para teroris ini dengan tangan besi."
Dua pekerja konstruksi tewas dalam perjalanan ke tempat kerja dan 30 orang terluka di distrik pusat Munsiganj, selama bentrokan tiga arah antara pengunjuk rasa, polisi dan aktivis partai berkuasa, kata para saksi. "Mereka dibawa ke rumah sakit dalam keadaan meninggal dunia dengan luka tembak," kata Abu Hena Mohammad Jamal, pengawas rumah sakit distrik tersebut.