Mengenai penargetan warga sipil
Netanyahu: "Jaksa penuntut ICC (Mahkamah Pidana Internasional) menuduh Israel dengan sengaja menargetkan warga sipil. Apa yang dia bicarakan? Militer [Israel] telah menjatuhkan jutaan selebaran, mengirim jutaan pesan teks, melakukan ratusan ribu panggilan telepon untuk menjauhkan warga sipil Palestina dari bahaya. Namun pada saat yang sama, Hamas melakukan segala cara untuk membuat warga sipil Palestina berada dalam bahaya. Mereka menembakkan roket dari sekolah, dari rumah sakit, dari masjid."
Faktanya: Hingga Senin, militer Israel telah menandai 83 persen dari Jalur Gaza sebagai wilayah yang tidak aman bagi warga sipil Palestina. Bagian dari daerah kantong ini telah dinyatakan sebagai "zona terlarang" oleh Israel atau penduduknya telah diberi perintah untuk mengungsi, seperti yang dilaporkan oleh PBB. Seluruh lingkungan di Gaza utara telah dihancurkan, sementara "zona aman" di Gaza selatan menyusut.
Warga sipil yang mengungsi dari lingkungan mereka atas perintah Israel telah berulang kali mendapat serangan. Hal ini juga terjadi ketika pasukan Israel mengeluarkan perintah evakuasi yang berdampak pada 400.000 orang di Khan Younis pada hari Selasa.
"Perintah evakuasi dikeluarkan dalam konteks serangan yang sedang berlangsung oleh militer Israel dan tidak memberikan waktu bagi warga sipil untuk mengetahui dari daerah mana mereka harus pergi atau ke mana mereka harus pergi. Meskipun ada perintah evakuasi, operasi militer Israel terus berlanjut di dalam dan di sekitar wilayah tersebut tanpa henti," kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam sebuah siaran pers.
Israel juga sangat bergantung pada "bom bodoh", yang tidak dimaksudkan untuk mencapai target yang tepat tetapi menyebabkan kehancuran di wilayah yang luas. Pada bulan Desember, di tengah meningkatnya serangan di Jalur Gaza yang terkepung, sebuah penilaian intelijen Amerika Serikat mengungkapkan bahwa hampir separuh amunisi yang digunakan Israel di Gaza adalah bom tak terarah.
"Pengungkapan [bahwa] hampir setengah dari semua bom yang dijatuhkan di Gaza oleh Israel adalah bom bodoh yang tidak terarah benar-benar meruntuhkan klaim mereka untuk meminimalisir bahaya bagi warga sipil," tulis Marc Garlasco, seorang mantan penyelidik kejahatan perang untuk PBB di media sosial.
Ada juga beberapa contoh ketika tentara membunuh warga sipil tak bersenjata yang mengibarkan bendera putih. Pada Juni, OCHA merilis sebuah laporan yang mengatakan bahwa lebih dari 76 persen sekolah di Gaza membutuhkan "rekonstruksi penuh atau rehabilitasi besar-besaran". Secara terpisah, menurut pihak berwenang Palestina, 8.572 siswa terbunuh di Gaza dari tanggal 7 Oktober hingga 3 Juli.
Mengenai negosiasi gencatan senjata
Netanyahu: "Perang di Gaza bisa berakhir besok jika Hamas menyerah, melucuti senjata dan mengembalikan semua sandera, tetapi jika tidak, Israel akan berperang sampai kami menghancurkan kemampuan militer Hamas, mengakhiri kekuasaannya di Gaza, dan membawa pulang semua sandera."
Faktanya: Netanyahu telah berulang kali mengindikasikan bahwa ia tidak akan menyetujui kesepakatan apa pun yang menetapkan penghentian perang kecuali jika Hamas dihancurkan. Tujuan untuk menghabisi Hamas telah digambarkan sebagai sesuatu yang tidak mungkin dicapai oleh Daniel Hagari, juru bicara militer Israel.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Menteri Israel Kecam Seruan Kamala Harris untuk Akhiri Perang Gaza