TEMPO.CO, Jakarta - Para pejabat Israel mengkritik Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris setelah ia mengatakan bahwa sudah saatnya perang di Gaza diakhiri mengingat penderitaan yang diakibatkan oleh pertempuran tersebut, demikian laporan Reuters.
Pernyataan Harris dalam sebuah konferensi pers setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencerminkan tekanan yang semakin besar terhadap Netanyahu dari berbagai sisi spektrum politik untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas guna mengakhiri pertempuran di Gaza.
"Ada pergerakan yang penuh harapan dalam pembicaraan untuk mengamankan kesepakatan atas kesepakatan ini, dan seperti yang baru saja saya katakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, inilah saatnya untuk menyelesaikan kesepakatan ini," katanya.
Netanyahu meminta lebih banyak bantuan militer AS untuk Israel pada Rabu, dengan mengatakan bahwa itu adalah cara terbaik untuk memulihkan perdamaian di Gaza dan mengamankan pembebasan para sandera yang ditahan oleh Hamas.
Seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa diharapkan komentar Harris tidak ditafsirkan oleh Hamas sebagai indikasi adanya kesenjangan antara Amerika Serikat dan Israel "dan dengan demikian mendorong kesepakatan menjadi semakin jauh."
Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump, calon dari Partai Republik untuk pemilihan umum pada bulan November, juga telah menyerukan agar pertempuran ini segera diakhiri.
Netanyahu dijadwalkan bertemu dengan Trump Jumat.
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, pemimpin dua partai nasionalis religius garis keras yang dukungannya sangat penting bagi koalisi sayap kanan Netanyahu, mengutuk pernyataan Harris.
"Nyonya kandidat, tidak akan ada penghentian permusuhan," tulis Ben-Gvir di platform media sosial X.
Harris menyampaikan pernyataannya dengan nada yang lebih tegas dibandingkan Biden, yang telah menekan Netanyahu dengan sangat kuat untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas yang akan menghentikan pertempuran dan memulangkan tawanan perang Israel yang ditahan di Gaza.
Ia membela hak Israel untuk mempertahankan diri, namun pernyataannya menunjukkan bahwa ia mulai kehilangan kesabaran terhadap pemerintahan Netanyahu.
"Kita tidak bisa membiarkan diri kita mati rasa terhadap penderitaan dan saya tidak akan diam," katanya.
MIDDLE EAST MONITOR
Pilihan Editor: Hamas: Netanyahu Seharusnya Ditangkap, Bukan Diberi Panggung