TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan pengunjuk rasa antipemerintah Israel berkumpul di pusat kota Tel Aviv. Mereka menyerukan lebih banyak upaya untuk membebaskan tawanan yang ditahan di Gaza.
Para pengunjuk rasa berkumpul di luar markas besar tentara dan gedung-gedung pemerintah lainnya pada Sabtu, 14 September 2024. Mereka meneriakkan slogan-slogan menentang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Para pengunjuk rasa itu mendesak Netanyahu mencapai kesepakatan dengan kelompok Palestina Hamas untuk memastikan pengembalian sekitar 100 tawanan yang masih ditahan di jalur yang dilanda perang itu .
Protes massal kembali terjadi di Israel dalam dua minggu terakhir setelah jasad enam tawanan ditemukan di Gaza. Diperkirakan 750.000 orang menghadiri demonstrasi akhir pekan lalu.
Keluarga para tawanan yang berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa hari Sabtu mengatakan mereka frustrasi atas kegagalan negosiasi pemerintah untuk memulangkan para tawanan. Banyak yang menyalahkan Netanyahu karena tidak mencapai kesepakatan karena mereka yakin kesepakatan itu akan membantunya tetap berkuasa selama perang berlangsung.
“Pemerintah yang menggagalkan kesepakatan ini menelantarkan para tawanan dan membiarkan mereka mati,” kata Yotam Cohen, saudara laki-laki Nimrod Cohen, seorang tentara Israel yang ditawan di Gaza.
"Selama Netanyahu berkuasa, perang ini akan terus berlanjut tanpa batas waktu dan tidak akan ada kesepakatan penyanderaan. Untuk menyelamatkan nyawa para sandera, Netanyahu harus diganti," kata Cohen.
Protes di Israel atas kematian enam tawanan meningkat setelah militer merilis video terowongan Gaza tempat jasad mereka ditemukan. Video tersebut memperlihatkan lorong sempit tanpa kamar mandi dan ventilasi yang buruk.
Naama Weinberg, sepupu salah satu tawanan yang terbunuh, Itay Svirsky, mengatakan masyarakat ngeri dengan kondisi yang sangat buruk dan tidak manusiawi yang dialami para sandera yang disekap di terowongan Hamas.
"Mereka sekarat, terkunci dalam sel-sel kecil tanpa ventilasi, dalam terowongan bawah tanah yang dalam tanpa udara, kekurangan gizi, tanpa melihat cahaya matahari selama 11 bulan," kata Weinberg.
Perang Israel Hamas yang meletus sejak 7 Oktober 2024 membuat ribuan orang dari kedua pihak tewas. Hamas menyandera 250 orang selama serangan mereka di Israel Selatan. Sementara gempuran Israel di Gaza telah membuat lebih dari 41.000 warga Palestina tewas dan membuat hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi.
AL JAZEERA
Pilihan editor: Anak Sulung Putri Mahkota Norwegia Ditangkap