TEMPO.CO, Jakarta -Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan situasi “mengerikan” di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza menyusul serangan mematikan Israel di sebuah area yang telah ditetapkan sebagai “zona aman” bagi pengungsi oleh militer Israel.
Setidaknya 90 orang tewas dan hampir 300 lainnya terluka dalam serangan yang menargetkan kamp pengungsi Al-Mawasi di Khan Younis, Jalur Gaza selatan pada Sabtu lalu, 13 Juli 2024. Tentara Israel mengklaim bahwa serangan itu menargetkan Mohamed Deif, komandan sayap bersenjata Hamas Brigade Al Qassam, dan wakilnya.
Scott Anderson, Deputi Koordinator Kemanusiaan dan Direktur UNRWA di Gaza, menceritakan apa yang ia lihat saat mengunjungi fasilitas kesehatan tersebut.
“Saat mengunjungi Kompleks Medis Nasser di Khan Younis kemarin, saya menyaksikan beberapa pemandangan paling mengerikan yang pernah saya lihat selama sembilan bulan saya berada di Gaza,” katanya dalam pernyataan resmi UNRWA pada Ahad, 14 Juli 2024.
Anderson mengatakan, fasilitas kesehatan yang luas tersebut menerima lebih dari 100 pasien korban luka setelah serangan di Al-Mawasi.
Meski menerima banyak pasien, rumah sakit itu kekurangan peralatan medis. Tidak ada tempat tidur, peralatan kebersihan, sprei, atau pakaian sanitasi tenaga kesehatan yang cukup, serta banyak pasien dirawat tanpa disinfektan, kata Anderson.
“Sistem ventilasi dimatikan karena kekurangan listrik dan bahan bakar, dan udara dipenuhi bau darah,” ujarnya.
Ia mengaku melihat balita yang diamputasi ganda, anak-anak yang lumpuh dan tidak dapat menerima pengobatan, serta ada pula yang terpisah dari orang tuanya. Anderson juga mengatakan ia melihat para orang tua yang tidak yakin apakah anak-anak mereka masih hidup.
“Para orang tua mengatakan kepada saya dengan putus asa bahwa mereka telah pindah ke ‘zona kemanusiaan’ dengan harapan anak-anak mereka akan aman di sana,” kata dia.
Ia mengatakan komunitas kemanusiaan terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas medis di Gaza, di mana sistem kesehatan telah hancur, namun masih ada hambatan terhadap operasi kemanusiaan yang menghalangi penyaluran bantuan kepada warga yang membutuhkan.
Militer Israel kini masih melancarkan serangan besar-besaran di Gaza, menewaskan sedikitnya 38.584 orang dan melukai 88.881 orang lainnya sejak Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Lebih dari sebagian populasi Gaza telah menjadi pengungsi internal, dan mereka menghadapi bencana kelaparan di tengah sulitnya akses bantuan kemanusiaan.
Kampanye militer itu dilakukan setelah Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.139 orang dan menyandera lebih dari 250 orang lainnya, menurut penghitungan Al Jazeera berdasarkan angka resmi Israel.
Israel telah menduduki wilayah Palestina, termasuk Gaza yang diperintah oleh Hamas dan Tepi Barat yang diperintah oleh Otoritas Palestina (PA), sejak 1967. Kedua wilayah tersebut sebelumnya berada di bawah kuasa Yordania.
Pilihan Editor: RI Kutuk Pembantaian Israel di Kamp Pengungsi yang Tewaskan 90 Orang Palestina
ANADOLU