Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jurnalis AS Mengaku Disiksa Pasukan Junta Myanmar Saat Ditahan

image-gnews
Wartawan AS Nathan Maung berbicara usai dideportasi dari Myanmar setelah lebih dari tiga bulan ditahan junta militer, dalam gambar yang diambil di Virginia, AS, 26 Juni 2021. [REUTERS]
Wartawan AS Nathan Maung berbicara usai dideportasi dari Myanmar setelah lebih dari tiga bulan ditahan junta militer, dalam gambar yang diambil di Virginia, AS, 26 Juni 2021. [REUTERS]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalis Amerika Serikat mengatakan dirinya ditinju, ditampar, dipukuli, dan ditutup matanya selama lebih dari seminggu interogasi oleh pasukan junta Myanmar, dalam wawancara setelah dideportasi ke Amerika Serikat usai ditahan tiga bulan lebih di Myanmar.

Nathan Maung, 44 tahun, pemimpin redaksi media online Kamayut Media, ditahan pada 9 Maret dalam sebuah penggerebekan dan dibebaskan pada 15 Juni, dikutip dari Reuters, 27 Juni 2021.

Dia mengatakan rekannya Hanthar Nyein, yang masih dalam tahanan, telah disiksa lebih keras, seperti orang lain yang dia temui di penjara.

Seorang juru bicara junta tidak menanggapi permintaan komentar atas kesaksian Nathan Maung, satu dari ribuan orang lainnya yang telah ditahan sejak tentara menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Junta militer mengatakan para tahanan diperlakukan sesuai dengan hukum.

"Tiga sampai empat hari pertama adalah yang terburuk," kata Nathan Maung dalam wawancara telepon dari Virginia pada hari Jumat, mengatakan kepada Reuters.

"Saya dipukul dan ditampar beberapa kali. Tidak peduli apa yang saya katakan, mereka hanya memukuli saya. Mereka menggunakan kedua tangan mereka untuk menampar gendang telinga saya berkali-kali. Mereka meninju tulang pipi saya di kedua sisi. Mereka meninju bahu saya. Saya tidak diizinkan berdiri. Kaki saya bengkak. Saya tidak bisa bergerak lagi," katanya.

Demonstran menunjukkan salam tiga jari selama protes untuk solidaritas terhadap Pasukan Pertahanan Rakyat Mandalay, di Yangon, Myanmar 22 Juni 2021, dalam tangkapan layar yang diperoleh Reuters dari video media sosial.[REUTERS]

Nathan Maung, yang lahir di Myanmar dan melarikan diri ke Amerika Serikat sebagai pengungsi pada 1990-an, mengatakan dia ditangkap di kantor Kamayut Media dan dibawa untuk ditanyai tentang publikasinya, perannya di sana, dan bagaimana cara kerjanya.

"Mereka memborgol tangan saya ke belakang, menutup mata saya dengan kain dan menutupinya dengan kain lain," katanya.

"Mereka tidak mengizinkan saya tidur sekitar tiga atau empat hari. Interogasi tanpa henti. Tidak ada waktu untuk tidur," katanya.

Nathan mengatakan pemukulan berkurang pada hari keempat, setelah mereka mengetahui bahwa dia adalah warga negara AS.

"Pada hari kedelapan, seorang kolonel datang, dia membuka kain penutup mata saya," kata Nathan Maung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nathan Maung bertemu dengan pejabat AS setelah pembebasannya dan mereka membantu dia dan keluarganya, kata kedutaan besar AS.

Laporan itu mengungkapkan keprihatinan mendalamnya yang berkelanjutan atas penahanan jurnalis AS Danny Fenster, yang ditahan lebih dari sebulan lalu dan saudara lelakinya mengatakan bahwa dia diizinkan untuk berbicara dengan kedutaan besar AS untuk pertama kalinya minggu lalu.

Nathan Maung mengatakan bahwa kolonel telah merekam kesaksiannya dan bertanya apakah dia memiliki pernyataan yang harus dibuat, dimana editor meminta agar hak asasi manusianya dihormati dan bahwa dia memiliki seorang pengacara untuk membela diri dari tuduhan apapun.

Kolonel telah mengatakan kepadanya bahwa dia tidak didakwa dengan kejahatan apa pun dan bahwa dia akan dibebaskan ketika situasinya sudah tenang, kata Nathan Maung.

Selama penahanannya, Nathan Maung mengatakan dia telah bertemu orang lain yang telah dianiaya dan mendengar orang berteriak, memohon, dan berteriak dari gedung lain.

"Beberapa orang mengalami siksaan yang lebih buruk dari kami. Ada seseorang bersama saya di sebuah ruangan selama dua hari. Tubuhnya penuh memar dan luka. Mereka meletakkan tangannya yang diborgol di atas meja dan memukul tangannya.

"Tulangnya tidak patah, tapi dia terluka parah dan kulitnya robek."

Kamayut Media menghentikan publikasi setelah penangkapannya, tetapi Nathan Maung mengatakan dia berencana untuk melanjutkan pekerjaannya.

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan hampir 5.200 orang masih dipenjara setelah ditahan sejak kudeta militer. AAPP mengatakan pasukan keamanan junta Myanmar telah menewaskan sedikitnya 881 orang sejak kudeta, tetapi junta Myanmar membantah angka itu.

Baca juga: Pasukan Pertahanan Rakyat Myanmar Nyatakan Perang Terhadap Junta Militer

REUTERS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Israel Bocorkan Video Penyiksaan Tahanan Palestina di Penjara, Hamas Sebut Sadis

12 jam lalu

Rekaman video yang menunjukkan tentara pendudukan Israel mempermalukan tahanan Palestina di Penjara Megiddo. Sosial media
Israel Bocorkan Video Penyiksaan Tahanan Palestina di Penjara, Hamas Sebut Sadis

Israel tidak berhenti menyiksa, mengintimidasi, dan mempermalukan para tahanan Palestina meski dikecam dunia.


LBHAP PP Muhammadiyah Kecam Teror Berulang Terhadap Jurnalis Bocor Alus Tempo

4 hari lalu

Kerusakan yang terjadi di kaca mobil jurnalis Tempo.
LBHAP PP Muhammadiyah Kecam Teror Berulang Terhadap Jurnalis Bocor Alus Tempo

Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik (LBHAP) PP Muhammadiyah mengecam tindakan teror terhadap salah satu jurnalis Tempo Hussein Abri Dongoran.


Ramai-ramai Desak Polisi Usut Teror terhadap Wartawan Bocor Alus Politik Tempo

4 hari lalu

Tangkapan layar host Bocor Alus Politik. FOTO/youtube
Ramai-ramai Desak Polisi Usut Teror terhadap Wartawan Bocor Alus Politik Tempo

Teror ini merupakan teror yang kedua kalinya dialami oleh wartawan Bocor Alus Tempo. Sejumlah pihak mendesak polisi usut peristiwa tersebut.


Dewan Pers Minta Polisi Segera Tangkap Pelaku Teror terhadap Wartawan Bocor Alus Politik Tempo

4 hari lalu

Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu saat memberikan keterangan pers soal RUU Penyiaran di Gedung Dewan Pers, Selasa, 14 Mei 2024. Dewan Pers bersama konstituen menolak beberapa aturan baru dalam draf Revisi Undang-Undang (RUU) Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang tengah dibahas Badan Legislasi DPR. TEMPO/M Taufan Rengganis
Dewan Pers Minta Polisi Segera Tangkap Pelaku Teror terhadap Wartawan Bocor Alus Politik Tempo

Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menanggapi insiden teror terhadap wartawan Bocor Alus Tempo, Hussein Abri Dongoran.


Alasan Industri Media Harus Prioritaskan Kesetaraan Gender dan Keberagaman

5 hari lalu

Ilustrasi difabel. Shutterstock
Alasan Industri Media Harus Prioritaskan Kesetaraan Gender dan Keberagaman

Penerapan kesetaraan gender di media massa menjadi salah satu cara mengatasi tantangan keberagaman dan inklusi, serta meningkatkan kredibilitas dan kreativitas melalui konten yang lebih relevan dan aksesibel.


Junta Myanmar Umumkan Sensus Nasional sebagai Jalan Menuju Pemilu

5 hari lalu

Seorang personel militer berjaga, ketika 200 personel militer Myanmar mundur ke jembatan ke Thailand pada hari Kamis setelah serangan selama berhari-hari oleh perlawanan anti-junta, yang menyatakan mereka telah memenangkan kendali atas kota perbatasan Myawaddy yang penting, yang terbaru dalam sebuah serangkaian kemenangan pemberontak, dekat perbatasan Thailand-Myanmar di Mae Sot, provinsi Tak, Thailand, 11 April 2024. REUTERS/Soe Zeya Tun
Junta Myanmar Umumkan Sensus Nasional sebagai Jalan Menuju Pemilu

Sensus nasional ini bagian dari pemilu yang dijanjikan junta Myanmar dilakukan pada tahun depan.


Dewan Pers Nilai Kekritisan Media pada Isu Kesejahteraan, Kerap Berbanding Terbalik Dengan Kondisi Jurnalisnya

7 hari lalu

Suasana diskusi dan peluncuran Serikat Pekerja CNN Indonesia (SPCI) dengan tajuk Serikat Pekerja di Era Disrupsi Media di Jakarta Selatan pada Sabtu, 31 Agustus 2024. TEMPO/Bagus Pribadi
Dewan Pers Nilai Kekritisan Media pada Isu Kesejahteraan, Kerap Berbanding Terbalik Dengan Kondisi Jurnalisnya

Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menyampaikan pentingnya para pekerja media atau jurnalis menyadari hak-hak perlindungan dan kesejahteraan yang dijamin Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999


Jokowi Hanya Tersenyum saat Ditanya soal Pura-pura Wawancara dengan Jurnalis

8 hari lalu

Presiden Jokowi memakai kemeja biru ala Presiden terpilih Prabowo Subianto di tengah isu keretakan saat memberikan keterangan bersama Biro Pers dan Media Sekretariat Presiden, Istana Merdeka, 27 Agustus 2024. Foto Tangkap Layar YouTube Sekretariat Presiden
Jokowi Hanya Tersenyum saat Ditanya soal Pura-pura Wawancara dengan Jurnalis

Deputi Protokol dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana membantah bahwa Istana melakukan pura-pura wawancara bersama Presiden Jokowi.


Ketika Jokowi Pura-pura Wawancara dengan Jurnalis, Banjir Kritik dari Warganet

9 hari lalu

Presiden Jokowi memakai kemeja biru ala Presiden terpilih Prabowo Subianto di tengah isu keretakan saat memberikan keterangan bersama Biro Pers dan Media Sekretariat Presiden, Istana Merdeka, 27 Agustus 2024. Foto Tangkap Layar YouTube Sekretariat Presiden
Ketika Jokowi Pura-pura Wawancara dengan Jurnalis, Banjir Kritik dari Warganet

Jokowi dalam satu pekan ini memberikan dua pernyataan pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.


Korban TPPO yang Disekap di Myanmar Sebut Ada Sandera Negara Lain yang Sudah Dibebaskan

10 hari lalu

Suhendri Ardiansyah, 27 tahun, diduga menjadi korban TPPO di Myanmar. Keluarganya dimintai uang tebusan Rp 500 juta. Foto: Istimewa
Korban TPPO yang Disekap di Myanmar Sebut Ada Sandera Negara Lain yang Sudah Dibebaskan

Dalam rekaman tersebut Hendri mengklaim ada sandera lain di Myanmar yang telah dijemput oleh perwakilan dari negaranya masing-masing.