TEMPO.CO, Jakarta - Tim medis di Gaza pada Sabtu, 7 September 2024, melaporkan pertempuran antara Hamas Israel telah menewaskan setidaknya 61 Warga Gaza dalam tempo 48 jam. Perang Gaza sudah berkecamuk selama 11 bulan, sejumlah upaya diplomasi gagal mengunci kesepakatan untuk mengakhiri konflik.
Laporan tim medis menyebutkan serangan Israel menghantam sekolah Halima al-Sa’diyya, yang telah menjadi tempat berlindungnya warga Gaza yang kehilangan tempat tinggal. Serangan udara itu, menewaskan setidaknya delapan orang dan melukai 15 orang lainnya. Sedangkan di Gaza City dilaporkan serangan udara Israel yang menghantam sebuah rumah menewaskan lebih dari lima orang.
Militer Israel mengatakan serangan itu menargetkan seorang komandan Hamas yang diyakini bersembunyi di sana. Tel Aviv sudah berulang kali menuduh Hamas mengeksploitasi warga sipil dan infrastruktur sipil untuk tujuan militer. Namun tuduhan itu dibantah oleh Hamas.
Sehari sebelumnya, serangan Israel menewaskan empat orang dan melukai 25 orang lainnya di sekolah Amr Ibn Ala’as, yang juga menjadi tempat berlindungnya keluarga-keluarga di wilayah pinggir Sheikh Radwan, Gaza City. Militer Israel beralasan serangan udara mereka menargetkan seorang komandan Hamas yang mengendalikan anggota Hamas di gedung itu, yang sebelumnya berfungsi sebagai sekolah.
Sedangkan otoritas kesehatan Palestina mengatakan serangan militer Israel telah menewaskan 28 orang pada Sabtu, 7 September 2024, di Jalur Gaza. Kelompok bersenjata Hamas, Islam Jihan dan Fatah menegaskan mereka memerangi tentara Israel yang bercokol di Gaza City, di wilayah tengah dan selatan Gaza dengan roket-roket anti-tank dan bom mortar. Ada sejumlah insiden yang ditujukan untuk meledakkan tank-tank dan kendaraan bersenjata lainnya milik Israel.
Perang Gaza yang sudah masuk bulan ke-11 telah membuat persediaan medis dan bahan bakar langka atau bahkan tidak ada sama sekali. Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza tidak memiliki cukup air minum bersih dan menghadapi tingkat kelaparan yang parah. Lebih dari 50 ribu anak membutuhkan perawatan untuk malnutrisi akut.
Ironisnya, setidaknya setengah dari seluruh misi bantuan kemanusiaan ditolak, dihambat, atau dibatalkan karena alasan operasional atau keamanan. Aliran bantuan kemanusiaan yang sangat penting bagi warga Gaza – yang sudah sangat tidak memadai – malah anjlok hingga dua pertiga
Keadaan staf PBB di Palestina yang mendistribusikan bantuan, juga memprihatinkan. Rumah mereka hancur dan orang-orang yang mereka cintai terbunuh. Mereka menempatkan diri dalam bahaya.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Topan Yagi Bergerak ke Vietnam
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini