TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat sebuah rumah sakit di Teheran, Iran, mengatakan pihaknya telah menerima banyak pasien akibat keracunan dalam beberapa hari terakhir karena meminum alkohol dengan harapan dapat mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19.
Shahin Shadnia mengatakan kepada kantor berita Mehr pada 6 Maret, dalam beberapa kasus keracunan alkohol akan menyebabkan kematian pada pasien.
Para penikmat alkohol, wine, dan bir, dilarang di Republik Islam Iran sejak 1979, tetapi banyak orang yang masih meminum vodka dan jenis alkohol lainnya yang diselundupkan ke negara itu atau dari orang yang meracik alkohol rumahan mereka sendiri.
Rumah penyulingan bir terdapat kandungan bahaya dengan alkohol tinggi yang menyebabkan peminumnya sakit parah atau bahkan kematian akibat keracunan. Minuman alkohol yang diproduksi secara komersial diawasi dan ditakar kadar alkoholnya sebelum diedarkan. Sejak tidak adanya penyuling minuman beralkohol di Iran, maka minuman oplosan yang diproduksi sendiri justru dapat membunuh.
Bahkan sebelum wabah virus Corona merebak di Iran, konsumsi alkohol ilegal telah membunuh ratusan nyawa pada tahun-tahun sebelumnya.
Seorang anggota tim medis yang mengenakan masker wajah menyemprotkan cairan desinfektan untuk membersihkan halte bus di tengah penyebaran wabah virus Corona, di Teheran, Iran 5 Maret 2020. [WANA (Kantor Berita Asia Barat) / Nazanin Tabatabaee via REUTERS]
Sejak infeksi wabah COVID-19 pertama kali dilaporkan pada 19 Februari, desas-desus telah menyebar di kalangan penduduk jika minuman alkohol dapat membantu mencegah penularan penyakit.
Para dokter pun memperingatkan bahwa alkohol tidak berpengaruh terhadap penularan COVID-19. Cara untuk menghindarinya hanya dengan mematuhi imbauan kesehatan dan tidak melakukan kontak dengan pasien terinfeksi, kata mereka.
Menurut data real-time John Hopkins CSSE pada 9 Maret 2020 pukul 9.00 pagi, Iran telah mengonfirmasi total kasus virus Corona sebanyak 6.566 dan 194 orang dinyatakan meninggal. Iran disebut sebagai negara dengan jumlah kasus virus Corona terbanyak di wilayah Timur Tengah.
SAFIRA ANDINI | RADIO FARDA