TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menegaskan kembali sikapnya yang menentang Iran untuk memiliki senjata nuklir. "Saya tidak ingin bermusuhan dengan Iran... tetapi mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir," kata Trump kepada Fox News kemarin. "Jika mereka melakukannya, Israel akan musnah. Negara itu akan musnah."
Berbicara dalam acara "Life, Liberty & Levin" dengan pembawa acara dan sekutu media Mark Levin, Trump juga berbicara tentang "meningkatnya anti-Semitisme dan kebijakan luar negeri AS."
Calon presiden dari Partai Republik saat ini mengkritik pemerintahan Presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden atas kelonggarannya terhadap Teheran, dengan alasan bahwa hal ini telah memungkinkan Republik Islam untuk menghindari sanksi Amerika, sehingga memungkinkannya untuk meningkatkan kemampuan finansialnya dalam mendukung gerakan-gerakan perlawanan seperti Hamas.
Dia juga membela keputusannya pada 2018 untuk menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) 2015. Dia berpendapat bahwa itu adalah "kesepakatan yang buruk" yang gagal mengatasi program rudal Iran dan aktivitas destabilisasi di Timur Tengah.
Komentar Trump ini muncul ketika Iran dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk merevisi kebijakan nuklirnya setelah serangan Israel terhadap konsulatnya di Damaskus pada April, yang memicu respons Iran. Hal ini juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut, dengan Poros Perlawanan - termasuk Hizbullah di Lebanon dan pasukan Houthi di Yaman - yang meningkatkan operasi terhadap target-target Israel dan sekutunya.
Baca juga:
"Kami tidak memiliki keputusan untuk membuat bom nuklir, namun jika keberadaan Iran terancam, tidak ada pilihan lain selain mengubah doktrin militer kami," ujar Kamal Kharrazi, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada bulan Mei lalu.
Sebulan kemudian, dilaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membentuk kembali serangkaian kelompok kerja yang ditugaskan untuk menangani program nuklir Iran. Tel Aviv khawatir bahwa Iran akan berusaha untuk "mempersingkat jadwal" jika Khamenei memerintahkan untuk membuat bom nuklir, meskipun ada pendapat hukum Islam, fatwa, yang melarang pengembangan, penimbunan, dan penggunaannya.
Iran pada gilirannya memantau dengan seksama pemilihan presiden AS, dan secara khusus mengkhawatirkan potensi kembalinya Trump mengingat perintah kontroversialnya pada 2020 untuk membunuh Qasem Soleimani, komandan berpengaruh Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Iran, pada bulan Januari 2020.
MIDDLE EAST MONITOR
Pilihan Editor: Hari Pertama Vaksinasi Polio di Gaza, Capai Lebih dari 72.000 Anak di Tengah Gempuran Israel