TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dan Cina mengecam kebijakan baru nuklir Amerika Serikat dengan memperingatkan kedua negara akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanan masing-masing.
"Sifat agresif dan anti-Rusia dari dokumen ini jelas," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa ini adalah perkembangan yang mengecewakan, seperti dilansir Reuters, Sabtu, 3 Januari 2018.
Baca: Amerika Luncurkan Senjata Nuklir Baru Saingi Rusia--Korea Utara
"Pendekatan baru terhadap kebijakan nuklir Washington telah dipertimbangkan dan beberapa langkah harus diambil untuk mengamankan keamanan kami."
Baca: Amerika Versus Rusia: Dua Pesawat Militer Nyaris Tabrakan
Sementara itu pemerintah Cina juga mendesak pemerintah AS mengurungkan rencananya untuk mengembangkan senjata nuklir, yang dianggap memicu Perang Dingin.
"Perdamaian dan pembangunan adalah tren global yang tidak bisa dibalik. Amerika, sebagai negara yang memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia, harus mengambil inisiatif mengikuti tren itu dan bukannya menentangnya, "kata kementerian Pertahanan Cina dalam sebuah pernyataan pada Ahad, 4 Februari 2018.
Kebijakan baru Amerika mengenai nuklir ini terungkap dalam sebuah pernyataan mengenai kebijakan Pentagon, yang dikenal sebagai Nuclear Posture Review (NPR). yang diumumkan pada Jumat, 2 Februari 2018. Pentagon mengungkapkan rencana untuk memperbarui cadangan senjata nuklirnya sebagian besar sebagai tanggapan atas tindakan Rusia, Korea Utara, Cina dan Iran selama beberapa tahun terakhir.
Amerika Serikat sudah memiliki cadangan senjata nuklir besar termasuk 150 unit bom nuklir B-61, yang tersimpan di beberapa negara Eropa. Ini bisa ditransformasikan menjadi bom nuklir dengan efek serangan yang lebih kecil.
Senjata nuklir baru ini berukuran lebih kecil (low yield) dan dapat diluncurkan dari kapal selam atau kapal laut sehingga tidak perlu ditempatkan di Eropa. Ini untuk mencegah negara pemilik nuklir menggunakan senjata nuklirnya saat terjadi konflik militer.
Kajian nuklir terbaru Amerika tidak menjelaskan secara rinci situasi baru seperti apa yang memungkinkan militer AS untuk menggunakan nuklir. Namun secara umum, senjata nuklir ini akan digunakan dalam keadaan ekstrem ketika AS atau sekutunya berada di bawah ancaman strategis yang signifikan.