Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Putri Raja Salman Murka UEA Sebut Saudi Sekuler  

image-gnews
Ribuan jemaah calon haji melakukan tawaf, berjalan mengelilingi Kabah tujuh kali, di Masjidil Haram, Mekah, 21 September 2015. Para jemaah mulai bergerak Padang Arafah pada 22 September 2015 untuk melakukan wukuf. MOHAMMED AL-SHAIKH/AFP/Getty Images
Ribuan jemaah calon haji melakukan tawaf, berjalan mengelilingi Kabah tujuh kali, di Masjidil Haram, Mekah, 21 September 2015. Para jemaah mulai bergerak Padang Arafah pada 22 September 2015 untuk melakukan wukuf. MOHAMMED AL-SHAIKH/AFP/Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Riyadh - Putri Kerajaan Arab Saudi, Fahda Bin Saud Bin Abdulaziz, murka atas pernyataan Duta besar Uni Emirat Arab, UEA, untuk Amerika Serikat, Yousef Al-Otaiba, yang menyatakan Saudi negara sekuler di Timur Tengah seperti  Mesir, Bahrain dan Yordania.

Tanggapan keras terhadap ujaran Al-Otaiba itu disampaikan oleh Putri Fahda beberapa kali melalui akun Twitter yang diterbitkan pada 30 Juli 2017.

"Ucapan itu menunjukkan ada konspirasi jahat melawan Arab Saudi dan Dunia Islam," tulisnya.

Baca: Saudi Tuding Seruan Qatar Soal Haji Picu Perang di Teluk

Selanjutnya dia mengatakan, "Para pemimpin Kerajaan dan rakyat siap melawan rencana jahat itu."

Pada tulisan lain di Twitter, dia menegaskan, "Ada sekelompok orang menyerukan sekulerisasi negara dan ingin melakukan internasionalisasi terhadap dua masjid suci, Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah."

Dia melanjutkan, "Kami, rakyat Arab Saudi dan seluruh pemimpin akan melindungi dua masjid suci itu dengan segenap jiwa raga."

Sebelumnya, pada Sabtu, 30 Juli 2017, duta besar Uni Emirat Arab mengatakan dalam sebuah wawancara dengan televisi Amerika Serikat PBS, negaranya sengaja menerapkan blokade terhadap Qatar demi terbentuknya pemerintahan sekuler di Timur Tengah di masa mendatang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Raja Salman Tunjuk Mohammed bin Salam Jadi Putra Mahkota

"Pada 10 hingga 15 tahun lalu, kami melihat Qatar mendukung sejumlah kelompok militan termasuk Ikhwanul Muslimun, Hamas, Taliban dan milisi Islam di Suriah serta Turki. Dukungan tersebut bertentangan dengan arah yang kami tuju," ucapnya.

"Jika Anda bertanya kepada UEA, Arab Saudi, Yordania, Mesir dan Bahrain seperti apa Timur Tengah yang ingin mereka lihat dalam 10 tahun ke depan, mereka akan memiliki pandangan yang bertentangan dengan Qatar. Kami ingin pemerintah sekuler yang kuat, stabil dan sejahtera."

"Solusi untuk menyelesaikan semua itu bukan terletak di Riyadh, Abu Dhabi atau Washington, melainkan di Doha," ucapnya.

Pada 5 Juni 2017, Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar disusul penerapan sanksi ekonomi dan transportasi. Keempat negara tersebut menuding Qatar mendukung kelompok ekstrimis. Namun tuduhan tersebut dibantah Qatar.

MIDDLE EAST | CHOIRUL AMINUDDIN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Di Tengah Perang Gaza, Israel Rayakan 4 Tahun Normalisasi Hubungan dengan 4 Negara Arab

4 jam lalu

Dari kiri ke kanan: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Abdullah bin Zayed dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani, berpose sebelum penandatanganan perjanjian Abraham Accord dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih di Washington, AS, 15 September, 2020. [REUTERS / Tom Brenner]
Di Tengah Perang Gaza, Israel Rayakan 4 Tahun Normalisasi Hubungan dengan 4 Negara Arab

Israel merayakan empat tahun normalisasi hubungan dengan empat negara Arab di tengah Perang Gaza yang telah menelan korban lebih dari 41.000 jiwa.


Berkat Mediasi UEA, Rusia dan Ukraina Saling Tukar 206 Tawanan Perang

2 hari lalu

Personel Ukraina mengibarkan bendera Ukraina saat mereka berdiri di atas tank Challenger 2 selama pelatihan di Kamp Bovington, dekat Wool di barat daya Inggris, 22 Februari 2023. REUTERS/Toby Melville
Berkat Mediasi UEA, Rusia dan Ukraina Saling Tukar 206 Tawanan Perang

Rusia dan Ukraina masing-masing menukar 103 tawanan perang pada Sabtu 14 September 2024 dalam kesepakatan yang ditengahi oleh Uni Emirat Arab.


UEA Bebaskan 57 Warga Bangladesh yang Dipenjara karena Unjuk Rasa

13 hari lalu

Presiden Joko Widodo menerima penghargaan sipil tertinggi dari Presiden PEA, Mohamed bin Zayed Al Nahyan di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab (PEA), Rabu, 17 Juli 2024. Penghargaan tersebut diberikan sebagai pengakuan atas upaya Presiden Joko Widodo untuk memperkuat hubungan erat antara kedua negara dan meningkatkan kerja sama bilateral selama masa jabatannya. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
UEA Bebaskan 57 Warga Bangladesh yang Dipenjara karena Unjuk Rasa

Warga Bangladesh dipenjara di UEA karena berunjuk rasa menentang eks PM Sheikh Hasina.


Turki Secara Resmi Ajukan Keanggotaan BRICS

14 hari lalu

Pendukung Presiden Turki Tayyip Erdogan mengibarkan bendera di luar markas Partai AK, di Ankara, Turki 15 Mei 2023. REUTERS/Umit Bektas
Turki Secara Resmi Ajukan Keanggotaan BRICS

Turki secara resmi telah meminta untuk bergabung dengan kelompok negara-negara emerging market BRICS


Macron Bela Pemberian Kewarganegaraan Prancis kepada CEO Telegram Pavel Durov

17 hari lalu

Presiden Prancis Emmanuel Macron berjalan di dek kapal induk amfibi Dixmude yang berlabuh di pangkalan Angkatan Laut Prancis di Toulon, Prancis, 9 November 2022. REUTERS/Eric Gaillard
Macron Bela Pemberian Kewarganegaraan Prancis kepada CEO Telegram Pavel Durov

Presiden Emmanuel Macron pada Kamis membela keputusan untuk memberikan kewarganegaraan Prancis kepada CEO Telegram Pavel Durov.


Apakah Pacar CEO Telegram Pavel Durov Menjadi Penyebab Penangkapannya?

20 hari lalu

Yulia Vavilova. hindustantimes.com
Apakah Pacar CEO Telegram Pavel Durov Menjadi Penyebab Penangkapannya?

Yulia Vavilova telah terlihat bersama Pavel Durov beberapa kali dan juga berada di jet pribadi bersamanya ketika mereka mendarat di Paris.


UEA Desak Prancis Berikan Bantuan Konsuler bagi Pendiri Telegram Pavel Durov

20 hari lalu

Seorang peserta aksi unjuk rasa tunggal memperagakan plakat untuk menarik perhatian terhadap penangkapan Pavel Durov, pendiri dan CEO aplikasi perpesanan Telegram, di dekat kedutaan Prancis di Moskow, Rusia, 25 Agustus 2024. Slogan pada plakat tersebut berbunyi:
UEA Desak Prancis Berikan Bantuan Konsuler bagi Pendiri Telegram Pavel Durov

Uni Emirat Arab secara resmi meminta agar Pemerintah Prancis memastikan pendiri Telegram Pavel Durov menerima semua layanan konsuler


CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap Bersama Perempuan Berusia 25 Tahun, Siapa Dia?

20 hari lalu

Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov. REUTERS/Albert Gea
CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap Bersama Perempuan Berusia 25 Tahun, Siapa Dia?

Penangkapan CEO Telegram Pavel Durov dikaitkan dengan seorang perempuan yang ditangkap bersamanya.


CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap Prancis, Ini Alasannya

21 hari lalu

CEO Telegram, Pavel Durov. businessinsider.com
CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap Prancis, Ini Alasannya

Belum ada konfirmasi resmi dari aparat Prancis mengenai penangkapan CEO Telegram Pavel Durov


9 Objek Wisata Populer di Abu Dhabi, Kota Teraman di Dunia 2024

24 hari lalu

Masjid Agung Sheikh Zayed. Wikipedia
9 Objek Wisata Populer di Abu Dhabi, Kota Teraman di Dunia 2024

Abu Dhabi menawarkan rangkaian pengalaman budaya, keajaiban kuliner, petualangan, dan arsitektur yang menawan.