TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengungkap Menteri Luar Negeri Antony Blinken merencanakan kunjungan kerja ke Mesir pada Selasa, 17 September 2024, untuk mendiskusikan upaya gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Washington dan tim mediator dari Qatar dan Mesir selama berbulan-bulan berusaha mencapai kata sepakat antara Israel Hamas demi menghentikan perang Gaza dan membebaskan para sandera yang akan ditukar dengan pembebasan tahanan warga Palestina.
Dua tantangan terbesar saat ini adalah Tel Aviv bersikeras dengan tuntutannya ingin agar tentara Israel tetap berada di Koridor Philadelphia yang merupakan perbatasan antara Gaza dan Mesir. Bukan hanya itu, siapa saja tahanan warga Palestina yang akan ditukar dengan sandera warga negara Israel juga ditentukan oleh Tel Aviv.
“Blinken akan mendiskuksikan sejumlah upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata demi membebaskan para sandera, meringankan penderitaan warga Palestina, membantu menciptakan keamanan kawasan yang lebih luas,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dalam pernyataan.
Perang Gaza dipicu serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas ke Israel, yang diklaim Tel Aviv telah menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 warga negara Israel. Sebagai balasan, Israel balik menyerang Hamas yang berkuasa di Gaza.
Perang Gaza telah menewaskan lebih dari 41 ribu warga Palestina berdasarkan perhitungan Kementerian Kesehatan Gaza. Perang Gaza juga telah membuat hampir 2.3 juta jiwa warga kehilangan tempat tinggal atau harus mengungsi. Kondisi ini menciptakan krisis kelaparan hingga mengarah pada genosida oleh Mahkaham Internasional pada Israel. Namun Tel Aviv menyangkal tuduhan genosida tersebut.
Tidak ada lagi tempat yang aman di Gaza. Situasi kesehatan masyarakat mengalami krisis. Rumah sakit-rumah sakit di Gaza menjadi reruntuhan.
Persediaan medis dan bahan bakar langka atau bahkan tidak ada sama sekali. Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza tidak memiliki cukup air minum bersih dan menghadapi tingkat kelaparan yang parah. Lebih dari 50 ribu anak membutuhkan perawatan untuk malnutrisi akut.
Ironisnya, setidaknya setengah dari seluruh misi bantuan kemanusiaan ditolak, dihambat, atau dibatalkan karena alasan operasional atau keamanan. Sejak serangan terhadap penyeberangan perbatasan Rafah, aliran bantuan kemanusiaan yang sangat penting bagi warga Gaza – yang sudah sangat tidak memadai – malah anjlok hingga dua pertiga
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Militer Israel Akhirnya Mengaku Serangannya Kemungkinan Menewaskan Tiga Sandera
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini