TEMPO.CO, Jakarta - Kematian Aysenur Ezgi Eygi yang ditembak mati oleh penembak jitu Israel telah membangkitkan kemarahan Internasional. Eygi menjadi sasaran tembakan ketika sedang melakukan aksi damai memprotes pemukiman ilegal di Tepi Barat.
Eygi bukan aktivis pertama yang menjadi target. Selama dua dekade terakhir, tercatat sederetan kebrutalan Israel membunuh para aktivis yang membela kepentingan rakyat Palestina.
Anadolu dan Al Jazeera merangkum daftar aktivis HAM terkemuka yang menjadi sasaran tembak tentara Israel dalam 20 tahun terakhir.
Aktivis Amerika Rachel Corrie - 16 Maret, 2003
Rachel Corrie, seorang aktivis Amerika, dibunuh oleh pasukan Israel pada 16 Maret 2003 di Rafah, di Jalur Gaza selatan.
Pada saat itu, ia sedang berusaha menghalangi buldoser militer Israel untuk menghancurkan rumah-rumah warga sipil tak berdosa. Rompi oranye terang yang dikenakannya untuk mengidentifikasi dirinya sebagai warga sipil, tidak dapat menyelamatkannya.
Kematian Corrie memicu solidaritas internasional yang meluas. Pada 2005, sutradara Inggris, Alan Rickman, dan jurnalis, Katharine Viner, mengadaptasi tulisan dan buku harian Corrie ke dalam sebuah drama, yang ditayangkan dua tahun setelah kematiannya.
Aktivis perdamaian Inggris, Tom Hurndall – 13 Januari 2004
Tom Hurndall adalah seorang mahasiswa jurnalistik asal Inggris berusia 21 tahun yang melakukan perjalanan ke Jalur Gaza sebagai bagian dari Gerakan Solidaritas Internasional.
Dia ditembak di kepala pada April 2003 oleh seorang penembak jitu tentara Israel ketika mencoba menyelamatkan anak-anak Palestina di jalan. Dia tidak pernah sadarkan diri dan meninggal sembilan bulan kemudian di sebuah rumah sakit di London, pada 13 Januari 2004.
Ibunya kemudian mendokumentasikan kehidupan dan kematiannya yang tragis dalam sebuah biografi berjudul, “The Stars’ Challenge: Defy the Stars: The Life and Death of Tom Hurndall”, yang diterbitkan pada tahun 2007.
Jurnalis dan aktivis James Henry Miller - 2 Mei 2003
Kameramen Inggris James Miller,34, ditembak mati oleh seorang tentara dari unit Israel yang sama, hanya berjarak satu mil dari lokasi kejadian, tiga minggu setelah Hurndall ditembak.
Dia berada di Rafah saat membuat film dokumenter untuk sebuah saluran televisi Amerika Serikat. Hasil otopsi memastikan bahwa dia hampir pasti dibunuh oleh tentara Israel, meskipun pihak militer menyatakan sebaliknya.
Bukti video dengan jelas menunjukkan bahwa Miller dan timnya membawa bendera putih dan meneriaki tentara Israel bahwa mereka adalah wartawan Inggris.