TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Israel, Jumat, 13 September 2024, membawa para wartawan ke terowongan-terowongan yang ditemukan oleh tentara di Gaza selatan, termasuk pintu masuk ke ruang bawah tanah di mana mayat-mayat enam sandera Israel yang dibunuh oleh Hamas ditemukan pada 1 September.
Pihak militer tidak mengizinkan wartawan masuk ke dalam terowongan di daerah Tel al-Sultan, Rafah, karena alasan keamanan. Namun, mereka telah merilis rekaman yang menunjukkan sebuah lorong sempit dan tanpa udara yang katanya berada sekitar 20 meter di bawah tanah di mana para sandera telah ditahan selama berminggu-minggu.
"Ada banyak sekali terowongan di Tel al-Sultan," kata juru bicara militer Israel Daniel Hagari kepada para wartawan, sambil berdiri di samping lorong menuju terowongan, yang terletak di tempat yang tampaknya merupakan kamar anak-anak di sebuah rumah yang telah hancur.
"Kami harus melakukan semua yang kami bisa, dengan segala cara, untuk membawa mereka kembali ke rumah," katanya, mengacu pada 101 sandera yang menurut Israel masih ditahan oleh militan Hamas.
Militer Israel mengatakan bahwa keenam sandera tersebut dibunuh pada malam 29 Agustus dan mayat mereka ditemukan oleh tentara sekitar dua hari kemudian.
Terowongan Tel al-Sultan adalah bagian dari apa yang dikatakan militer sebagai jaringan besar yang ditemukan oleh pasukan Israel yang beroperasi di sekitar Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir. Pasukan telah menemukan sekitar 13 kilometer rute terowongan bawah tanah selama beberapa bulan terakhir, kata militer minggu ini.
Selain jalan menuju terowongan tempat para sandera dibunuh, pihak militer juga menunjukkan kepada para wartawan sebuah terowongan lebar yang cukup besar untuk dilalui sebuah truk, yang mengarah ke Mesir namun diblokade dari sisi Mesir.
Sangat kontras dengan reruntuhan bangunan di Gaza yang hancur dalam pertempuran berbulan-bulan antara pasukan Israel dan pejuang Palestina, jalan raya di sepanjang apa yang disebut Koridor Philadelphia, di daerah yang berbatasan dengan Mesir, baru saja diaspal.
Selain dari kunjungan yang jarang dilakukan dengan pengawalan militer, organisasi media asing tidak diizinkan memasuki Gaza sejak Israel menginvasi daerah kantong tersebut setelah serangan yang dipimpin Hamas ke Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut penghitungan Israel, dan menyebabkan lebih dari 250 orang disandera.
Sebagian besar wilayah Gaza telah dihancurkan dalam kampanye Israel dan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya telah terusir dari rumah mereka. Lebih dari 41.000 orang telah terbunuh, menurut data kementerian kesehatan Palestina.
Sebagai syarat untuk menerima wartawan pada kunjungan Jumat, militer mengharuskan gambar-gambar untuk diserahkan untuk ditinjau oleh sensor militer, tetapi mereka tidak menghentikan publikasi.
REUTERS
Pilihan Editor: Mantan Bos Shin Bet: Rakyat Palestina Punya Hak untuk Mempertahankan Tanah Mereka