TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Senin, 4 September 2024, menolak seruan untuk melunakkan permintaannya untuk mempertahankan pasukan di daerah perbatasan Gaza selatan sebagai harga untuk kesepakatan gencatan senjata, dengan mengatakan bahwa sangat penting bagi Israel untuk mengendalikan jalur kehidupan utama bagi Hamas.
Masalah yang disebut koridor Philadelphia, di tepi selatan Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir, telah menjadi titik utama dalam upaya untuk mengamankan kesepakatan untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan mengembalikan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.
Pada 2005, Israel menarik diri dari Jalur Gaza di bawah tekanan internasional dan malah mengubah tanah Palestina yang padat penduduknya itu menjadi penjara terbuka terbesar di dunia.
Mesir menjadi pemain utama yang mengendalikan koridor tersebut, yang menandakan satu-satunya penghubung dengan dunia luar yang tidak dikontrol oleh Israel - karena Tel Aviv mempertahankan blokade darat, laut, dan udara di jalur tersebut dari semua sisi lainnya.
Hamas telah menolak kehadiran Israel, sementara Netanyahu bersikeras bahwa Israel tidak akan meninggalkan koridor tersebut, di mana pasukan Israel telah menemukan puluhan terowongan yang menurut mereka telah digunakan untuk menyelundupkan senjata dan amunisi ke Gaza.
Baca juga:
Dengan pertempuran yang kini memasuki bulan ke-11 dan jumlah korban tewas di Jalur Gaza sejak 7 Oktober mencapai 40.819 orang, apa pentingnya koridor tersebut, mengapa Israel ingin menguasai dan apa implikasinya?
Apa itu Koridor Philadelphia ?
Koridor Philadelphia , juga dikenal sebagai Rute Philadelphia, adalah jalur sepanjang 14 km yang mewakili keseluruhan wilayah perbatasan antara Gaza dan Mesir.
Koridor ini didirikan sebagai zona penyangga yang dikontrol dan dipatroli oleh angkatan bersenjata Israel sebagai bagian dari perjanjian damai tahun 1979 dengan Mesir yang mengakhiri pendudukan Israel di Semenanjung Sinai dan membuka kembali Terusan Suez.
Tujuannya adalah untuk menghentikan senjata dan material mencapai tangan warga Palestina di dalam Jalur Gaza, yang diduduki Israel, dan untuk mencegah orang bergerak antara tanah Palestina dan Mesir tanpa pemeriksaan yang ketat.
Apa yang diinginkan Israel?
Berbicara tentang pentingnya Koridor Philadelpia antara Gaza dan Mesir, Netanyahu menggunakan sebuah peta yang menunjukkan seluruh Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki telah dicaplok oleh Israel dan hanya menyisakan Jalur Gaza.
Israel menolak untuk menarik diri dari Koridor Philadelpia, mengklaim bahwa koridor tersebut merupakan jalur kehidupan bagi Hamas, dengan alasan bahwa mendudukinya akan "memutus oksigen" bagi kelompok perlawanan Palestina tersebut.
"Rute Philadelphia yang memisahkan Jalur Gaza dari Mesir tidak boleh dievakuasi. Jika Israel melepaskan kendali," kata Netanyahu, "Gaza akan berubah menjadi daerah kantong teror."
"Poros kejahatan membutuhkan Jalur Gaza, dan karena alasan itu, kita harus mengendalikan Jalur Gaza. Hamas bersikeras untuk tidak membiarkan kita berada di sana, dan karena alasan itu, saya bersikeras bahwa kita harus berada di sana," tambahnya.
Netanyahu menegaskan kembali bahwa tiga dari empat tujuan perang Israel, yaitu menghabisi Hamas, mengamankan kembalinya para tawanan, dan menetralisir ancaman di masa depan dari Gaza, bergantung pada mempertahankan kontrol atas Koridor Philadelphia dan penyeberangan Rafah.