TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan antara Rusia dan Prancis mencapai titik terendah sejak penangkapan bos Telegram, Pavel Durov di Paris pada pekan lalu. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan hal itu setelah penahanan Pavel Durov diperpanjang hingga Rabu.
Penangkapan Durov membuat hubungan Moskow-Paris ke level terendah, kata Lavrov pada Selasa, 27 Agustus 2024. Hubungan kedua negara terus memburuk di tengah tuduhan Prancis bahwa Rusia berusaha mengganggu stabilitas menjelang Olimpiade Paris. Namun tuduhan ini dibantah oleh Rusia.
Pavel Durov, yang memiliki kewarganegaraan Prancis dan Rusia, ditangkap di dekat Paris pada akhir pekan sebagai bagian dari penyelidikan. Media social yang didirikannya, Telegram, disebut memfasilitasi kejahatan pelecehan seks anak, perdagangan narkoba, dan transaksi penipuan di platform tersebut, kata jaksa Prancis pada hari Senin.
Masih belum jelas apakah Durov tahu bahwa ia diancam ditangkap di Prancis.
Penahanan Durov diperpanjang 48 jam pada Senin malam, kata juru bicara kantor kejaksaan Paris pada Selasa. Setelah itu, jaksa harus mendakwa atau membebaskannya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada Selasa bahwa Rusia siap memberi Pavel Durov semua bantuan yang diperlukan. Ia adalah warga negara Rusia, tetapi kewarganegaraan Prancis memperumit situasi. Durov juga memegang paspor UEA.
"Tuduhan itu sungguh sangat serius," kata Peskov. "Tuduhan itu memerlukan dasar bukti yang tidak kalah seriusnya. Jika tidak, tuduhan itu akan menjadi upaya langsung untuk membatasi kebebasan berkomunikasi."
Penangkapan Pavel Durov telah memicu perdebatan tentang kebebasan berbica di situs media social. Pemilik X, Elon Musk, mengatakan hak berekspresi di Eropa sedang diserang. Mahkamah Agung Brazil juga sempat menangguhkan Telegram secara nasional pada tahun 2022 karena gagal mematuhi perintah pengadilan.
Dengan jumlah pengguna hampir 1 miliar, Telegram sangat berpengaruh di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet. Telegram menampilkan dirinya sebagai surga bagi kebebasan berbicara, tetapi juga banyak digunakan oleh gerakan sayap kanan, anti-vaksin, dan konspirasi, serta para pembangkang politik.
Gedung Putih belum mengomentari penangkapan Durov.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang dikenal sebagai pengguna setia aplikasi tersebut, mengatakan bahwa penangkapan Pavel Durov sama sekali bukan keputusan politik.
Rusia sebelumnya telah mencoba memblokir Telegram. Rusia telah mendenda perusahaan tersebut beberapa kali karena gagal menghapus konten ilegal.
REUTERS
Pilihan editor: AS Yakin Iran Hanya Berpura-pura Akan Serang Israel