TEMPO.CO, Jakarta - Jenazah Mike Lynch, miliarder dan raja teknologi asal Inggris akhirnya ditemukan pada Kamis, 23 Agustus 2024, dalam bangkai kapal pesiar yang ditumpangi keluarganya. Kapal pesiar naas itu tenggelam di lepas pantai Sisilia akibat diterjang badai. Angela Bacares istri Lynch selamat, sedangkan Hannah, 18 tahun, tewas.
Insiden tenggelamnya kapal pesiar mewah yang bernama The Bayesian itu terjadi pada Senin diri hari, 19 Agustus 2024. Saat itu, kapal pesiar tersebut sedang berlabuh di pelabuhan Porticello, sebelah timur Palermo, Italia. Para saksi mata menyatakan kapal langsung menghilang tergulung ombak hanya dalam hitungan menit.
Baca juga:
Kapal sepanjang 56 meter itu diketahui membawa total 22 penumpang dan awak. Lynch mengundang teman-temannya untuk bergabung ke kapal pesiar itu guna merayakan pembebasannya pada Juni 2024 dalam persidangan penipuan di Amerika Serikat.
Lynch adalah seorang miliarder dan pengusaha bidang teknologi asal Inggris. Ia lahir pada 1965 di Chelmsford, dekat London dari keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah seorang petugas pemadam kebakaran, sementara ibunya seorang perawat.
Pernikahan Lynch dan Bacares dikaruniai dua putri. Hannah, yang juga menjadi korban dalam tragedi tenggelamnya kapal pesiar Bayesian ini, dikabarkan sedang persiapan melanjutkan studi sastra Inggris di Universitas Oxford.
Lynch menempuh studi di Universitas Cambridge. Dia mempelajari fisika, matematika, dan biokimia, hingga memperoleh gelar Sarjana Sains. Dia juga memperoleh gelar doktoral dari universitas yang sama, setelah meneliti tentang pemrosesan sinyal. Tesisnya masih menjadi salah satu yang paling banyak dibaca di perpustakaan universitas.
Pada 1996, Lynch mendirikan Autonomy, sebuah perusahaan perangkat lunak yang berpusat di Cambridge. Berkat inovasi dan kecerdasannya, Autonomy tumbuh menjadi perusahaan perangkat lunak terbesar di Inggris.
Kontroversi Mike Lynch
Lynch menjadi miliarder dan dijuluki sebagai “Bill Gates dari Inggris” setelah menjual Autonomy ke Hewlett-Packard (HP) seharga US$11 miliar pada 2011. Namun, kesuksesan tersebut tidak bertahan lama karena pada akhir 2012, HP mengungkapkan mereka menemukan skandal akuntansi besar di Autonomy.
Skandal tersebut membuat HP kehilangan US$8,8 miliar dan memicu 12 tahun pertempuran hukum di ruang pengadilan dari London hingga San Francisco. Lynch kemudian diekstradisi dari Amerika Serikat ke Inggris untuk menjalani persidangan atas dakwaan kriminal yang diarahkan padanya.
Di pengadilan, dia menghadapi 17 dakwaan yang bisa membuatnya dipenjara hingga 20 tahun jika terbukti bersalah. Meski begitu, Lynch bersikeras membantah semua tuduhan dan berjuang membersihkan namanya.
Pada Juni 2024, Lynch berhasil memenangkan pembebasan dalam persidangan. Untuk merayakan pembebasannya, ia mengundang beberapa teman dekatnya untuk ikut dalam perjalanan di kapal pesiar Bayesian. Nahas, perayaan tersebut berakhir tragis.
Selain sukses dalam dunia teknologi, Lynch juga dikenal sebagai seorang investor ulung. Setelah menjual Autonomy, ia mendirikan Invoke Capital, sebuah dana modal ventura yang mendukung berbagai perusahaan teknologi. Perusahaan miliknya itu mendukung Darktrace, sebuah perusahaan keamanan siber yang sedang dalam proses penjualan ke perusahaan AS, Thoma Bravo, seharga US$5,32 miliar.
Lynch pernah dikenal sebagai miliarder teknologi pertama di Inggris. Pengusaha yang lahir di Ilford ini bahkan tercatat dalam daftar orang terkaya versi Forbes pada tahun 2015, dengan kekayaan bersih yang diperkirakan mencapai sekitar US$ 1 miliar (Rp15 triliun). Namun dalam beberapa tahun terakhir, kekayaannya mengalami penurunan drastis akibat tersandung kasus hukum dengan HP. Pada 2023, Sunday Times memperkirakan total kekayaan Lynch dan istrinya berada di angka US$1,1 miliar (Rp17 triliun).
REUTERS | NDTV | FORBES | IRISH STAR
Pilihan editor: Filipina Desak Pelautnya Hindari Laut Merah di Tengah Serangan Houthi
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini