TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kabinet Inggris Nick Thomas-Symonds pada Jumat, 9 Agustus 2024, mendesak aparat kepolisian agar tetap waspada mengingat ada kemungkinan terjadinya kembali kerusuhan setelah sepekan ini negara itu diguncang gelombang unjuk rasa yang berujung ricuh.
Kerusuhan di Inggris meletup pada akhir pekan lalu yang dipicu tuduhan palsu di dunia maya yang mengidentifikasi terduga pembunuh tiga anak perempuan dengan sebilah pisau pada 29 Juli 2024, sebagai seorang imigran beragama Islam. Kejadian pembunuhan itu terjadi di Southport wilayah utara Inggris.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menggambarkan kerusuhan di London sebagai aksi preman sayap kanan, yang sebagian besar menargetkan umat Islam, orang kulit hitam dan imigran. Hotel tempat para pencari suaka tinggal sementara, telah menjadi sasaran para demonstran yang marah. Mereka menghancurkan jendela dengan batu, termasuk masjid.
Kerusuhan yang diprediksi meluas tidak terjadi pada Rabu, 7 Agustus 2024, atau ketika ribuan pengunjuk rasa tandingan turun ke jalan, memberikan harapan pada otoritas bahwa kekacauan telah mereda. Akan tetapi, tindakan lebih lanjut tetap dibutuhkan pada akhir pekan ini. Masih belum jelas berapa banyak kerusuhan oleh sayap kanan yang direncanakan atau yang akan mereka lakukan. Pada Sabtu, 3 Agustus 2024, ada sekitar 40 unjuk rasa balasan berdasarkan data kelompok Stand Up to Racism.
“Pesan kami pada aparat kepolisian kami agar tetap siaga sepanjang akhir pekan ini, begitu juga pada pemerintahan. Kami akan menjaga situasi tetap siaga,” kata Thomas–Symonds dalam wawancara dengan Sky News.
Thomas–Symonds mengatakan sekitar seribu aparat kepolisian anti-huru-hara sudah dikerahkan ke penjuru London untuk bersiaga pada akhir pekan nanti. Lebih dari 480 orang ditahan dan 150 dikenai dakwaan. Puluhan demonstran dijebloskan ke penjara dan kasus-kasusnya diselesaikan dengan cepat melalui sistem peradilan. Pada Jumat, 9 Agustus 2024, lebih banyak kasus yang disidangkan.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Jadi Target Amuk Massa di Bangladesh, Umat Hindu Berusaha Melarikan Diri ke India
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini