TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa dia menyesali serangan Hamas pada 7 Oktober 2024. Namun dia tidak secara eksplisit tak menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Netanyahu ditanya apakah ia akan meminta maaf selama wawancara dengan majalah Time. "Minta maaf?" katanya. "Tentu saja, tentu saja. Saya minta maaf, sangat, bahwa sesuatu seperti ini terjadi. Dan Anda selalu melihat ke belakang dan berkata, 'Bisakah kita melakukan hal-hal yang akan mencegahnya?'" katanya.
Netanyahu adalah perdana menteri Israel yang paling lama menjabat. Ia menjuluki dirinya sebagai pelindung setia keamanan Israel.
Tak lama setelah serangan 7 Oktober, Netanyahu mengunggah di media sosial bahwa dinas intelijen telah gagal mengantisipasi operasi Hamas dan memperingatkannya. Dia menghapus dan meminta maaf atas postingan tersebut setelah banyak orang Israel menuduhnya mengalihkan kesalahan dan membahayakan persatuan nasional.
Pada 7 Oktober 2024, kelompok militan Hamas melakukan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel. Sebanyak 1.198 orang tewas, sebagian besar warga sipil. Sebanyak 251 orang disandera, 111 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 39 yang menurut militer Israel telah tewas.
Kampanye militer balasan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 39.677 orang, menurut kementerian kesehatan wilayah itu. Tidak ada rincian perihal kematian warga sipil dan militan.
Netanyahu menegaskan kembali bahwa tujuan perang Gaza adalah untuk melenyapkan Hamas sehingga tidak menimbulkan ancaman apa pun di masa mendatang bagi Israel.
Ia ditanya apakah bersedia menerima kesepakatan gencatan senjata yang akan membebaskan semua sandera, namun tidak mengakhiri kendali Hamas atas Jalur Gaza. Dia menjawab, "Tidak, saya tidak berpikir begitu."