TEMPO.CO, Jakarta - Kerusuhan Inggris, yakni rusuh anti imigran sayap kanan meletus di sejumlah kota di Inggris sepekan terakhir. Inilah kerusuhan sosial terburuk dalam 13 tahun.
Para pengunjuk rasa saat itu menyerang hotel-hotel yang menampung pencari suaka dan masjid-masjid, menyebabkan kerusakan yang luas, dan bentrok dengan petugas polisi.
Kerusuhan pertama kali pecah Selasa pekan lalu, 30 Juli 2024, setelah tiga gadis muda terbunuh dan lima anak lainnya terluka parah dalam serangan pisau di kelas dansa yang terinspirasi Taylor Swift di kota tepi laut Southport, Inggris barat laut.
Lebih dari 50 petugas polisi terluka dalam bentrokan awal kerusuhan, yang diduga menargetkan sebuah masjid yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki sebentar dari lokasi kerusuhan.
Keesokan harinya, kerusuhan menyebar ke London, Manchester di Inggris barat laut, Hartlepool di timur laut, dan Aldershot di selatan. Kerusuhan berlanjut selama akhir pekan dengan bentrokan pada hari Sabtu di seluruh Inggris di Liverpool, Blackpool, Hull, Stoke-on-Trent, Leeds, Nottingham dan Bristol, dan juga di Belfast di Irlandia Utara.
Pada hari Minggu, 4 Agustus 2024, ada perusuh mencoba membakar sebuah hotel yang menampung para pencari suaka di kota Rotherham, South Yorkshire, dan menyerang petugas polisi. Kemudian, di Tamworth, Staffordshire, insiden serupa terjadi di sebuah hotel Holiday Inn Express, di mana laporan menunjukkan para pencari suaka juga ditampung, dengan kebakaran, jendela pecah, dan bom molotov dilemparkan ke arah petugas. Di kota Middlesbrough di timur laut, perusuh memecahkan jendela rumah dan mobil serta melemparkan benda-benda ke petugas.
Sebelum identitas tersangka dikonfirmasi, rumor palsu dengan cepat menyebar secara daring bahwa tersangka adalah seorang pencari suaka Muslim.
Kelompok sayap kanan menggunakan narasi tersebut untuk memicu ketegangan antar komunitas dan menyebarkan sentimen Islamofobia, yang berujung pada serangan terhadap imigran.
Tersangka penusukan tersebut kini diketahui bernama Axel Rudakubana, seorang anak laki-laki berusia 17 tahun yang lahir di ibu kota Welsh, Cardiff, dari orang tua Rwanda.
"Ketegangan ini jelas dipicu oleh media sosial, yang tidak jujur dalam menggambarkan keadaan seputar serangan pisau minggu lalu," kata Bruce Wilson, direktur sebuah lembaga Studi Uni Eropa di Universitas RMIT dikuitp dari CNA.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada hari Senin berjanji akan memberikan sanksi pidana yang cepat bagi pengunjuk rasa yang melakukan kekerasan. Dia berusaha meredakan kerusuhan anti-imigrasi yang telah berlangsung selama berhari-hari yang melibatkan agitator sayap kanan.
Starmer juga mengumumkan pasukan tetap baru yang terdiri dari perwira polisi yang terlatih khusus untuk mendukung pasukan lokal, setelah pertemuan darurat dengan menteri dan kepala polisi untuk mengatasi kekacauan tersebut. “Ini adalah situasi yang benar-benar rumit bagi pemerintah Inggris saat ini,” katanya.
CNA I THE GUARDIAN
Pilihan editor: Kerusuhan Inggris: Demonstrasi Anti Imigran dan Anti Islam Dipicu Hasutan di...