TEMPO.CO, Jakarta - Hampir 430 orang telah ditangkap di Inggris dan setidaknya 120 orang didakwa sejak pecahnya kerusuhan menyusul serangan penikaman di Kota Southport minggu lalu, kata Dewan Kepala Polisi Nasional (NPCC) pada Rabu.
"Sekitar 120 orang telah didakwa dan 428 penangkapan telah dilakukan, dengan jumlah itu diperkirakan akan meningkat secara signifikan hari demi hari," kata NPCC dalam sebuah pernyataan.
Aparat penegak hukum bekerja sama dengan sistem peradilan pidana untuk memastikan bahwa pelanggar akan ditahan dan dipenjara sesuai dengan tindakan mereka, kata polisi.
Polisi menguatkan diri mereka untuk menghadapi lebih dari 100 demonstrasi terkait dengan kekacauan tersebut pada Rabu, termasuk kemungkinan protes balasan yang dilakukan oleh aktivis anti-fasis. Pengadilan telah memerintahkan hukuman penjara bagi pelanggar karena pihak berwenang berupaya mencegah masalah baru.
Pengacara imigrasi dan gedung-gedung yang menampung pencari suaka adalah target utama para agitator sayap kanan, menurut unggahan di aplikasi pesan Telegram yang bocor ke media Inggris.
Kekerasan terjadi setelah anak perempuan berusia sembilan, tujuh dan enam tahun tewas dan lima anak lainnya terluka parah dalam serangan pisau di kelas dansa bertema Taylor Swift di Southport, barat laut Inggris.
Rumor palsu awalnya menyebar di media sosial yang mengatakan bahwa penyerangnya adalah seorang pencari suaka Muslim. Tersangka kemudian diidentifikasi sebagai Axel Rudakubana, 17 tahun, lahir di Wales. Media Inggris melaporkan bahwa orang tuanya berasal dari Rwanda.
Serangan tersebut tidak dianggap sebagai tindakan terorisme.
Kerusuhan malam, di mana masjid-masjid dan sasaran migran diserang, telah meletus di kota-kota besar dan kecil di Inggris sejak tiga anak dibunuh pada 29 Juli.
Terlepas dari pernyataan polisi tersebut, gangguan awal di Southport berpusat di sekitar masjid, dan kekerasan yang meluas telah mengguncang Inggris dan Irlandia Utara sejak saat itu.
Aparat penegak hukum Inggris menuduh Liga Pertahanan Inggris yang berhaluan kanan jauh memicu protes, sementara beberapa media negara tersebut melaporkan bahwa Rusia berada di balik kerusuhan tersebut.
Kedutaan Besar Rusia di London dengan tegas menolak tuduhan tersebut.
Perdana Menteri Keir Starmer telah memperingatkan siapa pun yang terlibat akan menghadapi “kekuatan hukum penuh”, termasuk mereka yang menghasut kekerasan secara online.
Starmer, mantan jaksa, telah menjanjikan "hukuman substantif sebelum akhir minggu ini" bagi para perusuh.
Pilihan Editor: Perdana Menteri Inggris Siapkan Aparat Kepolisian untuk Hadapi Unjuk Rasa Anti-Islam
BARRON’S